Bab 14 - Penyesalan

469 21 0
                                    

     Kehadiran kendaraan roda empat dengan plat nomor yang dihafal Faine di luar kepala, membuatnya menginjak rem kaki kuat-kuat. Kontan saja ia merasakan tumbukan kencang di bagian punggung. Tubuhnya terdorong ke depan. Sebelum berakhir mencium aspal, ia menjejakkan kedua kaki dalam upaya menyeimbangkan diri juga motor.

     "Kamu kenapa, sih?" Mama mengomel dengan suara naik beberapa oktaf. Kedua alisnya bertaut lantaran tidak menemukan penyebab putrinya berhenti tiba-tiba. "Faine?"

     "Hah?" Faine mengerjap. Ia bisa mendengar jelas jantungnya bertalu-talu. Netranya melirik ke kaca bagian depan mobil milik Steve. Kosong.

     "Kenapa berhenti mendadak?" tanya Mama gemas. "Ayo, dikit lagi sampai."

     Faine menurut. Ia kembali melajukan motornya. Cepat-cepat diparkirkannya kendaraan tersebut di garasi.

     "Mama masuk duluan aja. Aku mau nelepon Diana sebentar," dusta Faine. Dipastikannya Mama telah benar-benar masuk ke dalam rumah sebelum melangkah ke luar pagar.

     Faine mendekatkan dirinya ke jendela, mengintip bagian dalam mobil milik Steve. Tidak ada satu pun manusia di dalamnya. Faine bisa merasakan bahwa kendaraan roda empat tersebut tidak dalam keadaan hidup. Ke mana perginya dia?

     Faine mengeluarkan ponsel, menekan nomor Steve. Tersambung, tapi tidak kunjung ada jawaban. Yang kemudian menyapa gendang telinga Faine justru suara perempuan, operator. Ia memutus sambungan. Ketika hendak mengulang, Faine mendengar langkah kaki dari samping kirinya. Begitu menoleh, netranya langsung disambut oleh sosok Steve yang tersenyum lebar.

     "Aku kangen sama kamu," ungkap Steve. "Aku kebetulan lewat sini, jadi sekalian mampir." Tanpa aba-aba ia menarik Faine dalam pelukan.

     Faine menggeleng, mendorong tubuh Steve menjauh. "Kita bisa ketemu di kantor hari Senin nanti. Kalau sampai Mama atau suamiku lihat, bisa panjang urusannya!"

     "Bagus dong, kamu bisa lepas dari dia dengan mudah. Bukannya itu yang kamu mau?"

***

     Suara dari arah pintu terdengar tepat ketikaArbie memeriksa berkas yang dikirim Tita via email. Melihat Mama yang muncul dipintu dengan tas belanjaan, ia meletakkan laptop ke sofa, lalu segeramenghampiri mertuanya tersebut. 

.

.

.

.

.

Penasaran? Hehehe. 

Versi lengkapnya, daaan tentunya lebih rapi, bisa kalian baca di bentuk cetaknya, yay!

Versi lengkapnya, daaan tentunya lebih rapi, bisa kalian baca di bentuk cetaknya, yay!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Biar enggak ketinggalan info, bisa cek atau follow instagram @haebara.publisher ya! Atau kalau mau tanya-tanya, bisa juga DM langsung ke saya di wattpad atau di instagram (@aludrasa).

It's Always Been You [Selesai] [Telah Terbit di Haebara Publisher/Haeba Group]Where stories live. Discover now