Chapter XV: Effervescing Interstellar

15 1 0
                                    

Rencana sudah kurancang dengan Lidah Perak, tetapi begitu komplekssekali, karena memang aku belum pernah melakukan hal-hal seperti itu. Rencana yang pertama adalah menggunakan keahlian pendekatan dengan orang yang aku tidakkenal sama sekali. Jujur sulit sekali untukku melakukan hal ini, tapi aku tidak melupakan salah satu temanku yaitu, Lidah Perak.

Langkah awal yang kita lakukan adalah menyebut nama manusia dan berterima kasih sesudahnya, mungkin terdengar tidak terlalu jelas kalau aku tidak menceritakannya secara detail. Contohnya seperti, aku pergi ketempat pom bensin untuk mengisi bahan bakar, lalu aku melihat namanya dari seragam pekerja pom bensin itu, setelahnya selesai aku mengucapkan terimakasih dan tidak lupa menyebut nama pegawainya. Ya, mungkin itu terlihat biasa-biasa saja dimuka umum, akan tetapi secara psikologis itu sangat berpengaruh karena adanya tindakan emosional yang aku lakukan terhadapnya. 

Langit memperlihatkan awan-awan, matahari mengintip melalui belahan awan dan aku memasuki ruangan yang dipenuhi kerumunan. Memasang dengan wajah yang tidak biasa, alis naik, bibir tersenyum, mata melihat manusia-manusia. Hadirnya aku membuat beberapa orang melirikku sesaat sehingga salah satu perempuan menghampiriku dengan basa-basi "kita pernah ketemu". Aku sangat kebingungan dengan ucapannya, tidak lama dia mengucap aku pun menjawab "oh yaa? dimana memangnya?", perempuan itu kembali menjawab " tidak tidak tidak, aku hanya salah lihat saja sepertinya. Kenalkan nama aku Fifi". Apakah ini menunjukkan langkah awal? atau ini sudah terjadi? sangat bingung sekali. Aku tidak mengerti apa aku harus bersyukur atau tidak sama sekali, ketika aku melakukan ini yang kurasakan hanyalah mati rasa.

Gelap pun sudah berada di atas kepalaku dan waktunya untuk pulang, ketika aku keluar dari pintu Fifi memberikan sobekan kertas yang tertulis nomornya. Aku hanya membalas dengan senyuman dan memegang tangannya tanpa ada alasan. Sampai seorang diri di kediamanku yang kulakukan hanya berbaring di tempat tidur, lalu terdiam selama beberapa menit ada suara "Tidak butuh bertingkah ketika memperkenalkan, hanya kubur saja ia dengan senyuman". Aku terkejut karena mendengar suara itu, yang kutahu adalah aku mengetahui siapa yang selalu berbicara denganku yaitu Lidah Perak, akan tetapi suara ini berbeda. Apa lagi yang terjadi? 

Menggigil tubuh ini rasanya, mendengarkan dan merenungkan kata-kata yang tertuju kepada siapa? hilang nalar. Merah melintasi bagian kepala, biru melintasi hati, ungu melintasi burung bodoh, dan hijau menyentuh tumit kaki seorang laki-laki. Mati saja daripada dimaki-maki, agar aku dikenang layaknya debu bintang jubah penipu.

The Never End of Silver TongueWhere stories live. Discover now