PART 11 - One-sided Love

391 86 14
                                    

Rossa perlahan membuka matanya, sinar mentari yang terpancar cerah membuatnya terbangun. Dia mengerang kecil, dirasanya berat dan sakit di kepalanya. Dipijatnya sesaat kepalanya, bukan hanya kepalanya, entah kenapa tubuhnya juga terasa sangat lelah, namun seketika matanya terbuka penuh, perlahan dia bangun dan terduduk di ranjang, kemudian dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempatnya saat ini berada, atau lebih tepatnya di sebuah kamar. Kamar dengan interior yang modern dan tertata rapi.

Dia melihat ke arah nakas yang berada di sampingnya, ada sebuah foto yang terpajang di sana, foto yang menunjukkan si pemilik kamar. Rossa mengambil foto itu, dan tersenyum tipis, satu hari kemarin adalah hari yang paling berharga untuknya. Satu hari yang akan selalu diingat olehnya. Dia meletakkan kembali foto itu ke atas nakas, namun tiba-tiba Rossa mengerutkan keningnya, dia menundukkan kepalanya dan baru menyadari bahwa saat ini dia hanya mengenakan kemeja putih tanpa pakaian dalam.

Rossa memeluk tubuhnya, seketika pikirannya penuh dengan berbagai macam pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi tadi malam? Benarkah mereka berdua melakukan hubungan itu? Jika memang benar, bagaimana dia menghadapi Octavian sekarang?

Rossa menarik napasnya dalam-dalam, dia bangun dari ranjang, berjalan menuju toilet yang terletak di sudut kamar itu. Dilihatnya dirinya yang terpantul di cermin wastafel, terlihat berantakan, rambut dan wajah khas orang bangun tidur. Rossa merapikan rambutnya, mengikatnya asal menjadi satu, dan segera membasuh wajahnya. Lalu dia mengeringkan wajahnya dengan handuk yang sudah tersedia, dan keluar dari toilet. Dia berjalan ke arah meja rias, diurainya rambutnya dan menyisirnya.

Rossa terdiam sejenak sambil memperhatikan dirinya, kemeja putih yang dipakainya hanya mampu menutupi setengah pahanya. Dihelanya napasnya, biarlah, untuk apalagi dia malu, jika memang benar mereka berdua sudah melakukannya, toh-nya tubuhnya sudah dilihat oleh Octavian, pikir Rossa.

Rossa berjalan ke arah pintu kamar dan dibukanya perlahan, diintipnya sesaat keadaan di luar kamar, tenang dan sepi.

"Mas," Rossa menutup mulutnya seketika, dia ingat, hanya untuk satu hari kemarin saja dia boleh memanggil Octavian dengan sebutan mas

Rossa menggigit bibir bawahnya, kecewa dan sedih, karena sebutan mas sudah tidak boleh diucapkan olehnya.

"Miss Ocha." panggil Rossa seraya berjalan keluar dari kamar

Tidak ada jawaban. Rossa mengedarkan pandangannya seraya memanggil lagi nama Octavian. Hasilnya tetap sama, tidak ada yang menjawabnya. Rossa berjalan ke ruang makan, di meja makan sudah tersedia hidangan untuknya, dan sebuah kertas.

Dengan ragu, Rossa duduk di ruang makan, dilihatnya kertas yang terlipat dan di atas kertas itu tertulis "Untuk Rossa". Rossa menarik napasnya, dengan perlahan dia membuka kertas itu, dan membacanya.

Dear Ocha,

Good morning, Ocha. Bagaimana kondisimu saat bangun tidur pagi ini? Saya harap kamu tidak mengalami mual dan muntah lagi seperti semalam, karena kamu terlalu mabuk dan tidak terkendali.

Saya membuatkan kamu sandwich, sup jamur, dan teh hijau. Harus kamu habiskan. Saya yakin perut kamu tidak terasa nyaman saat ini, tapi kamu harus tetap sarapan.

Saya tidak bisa menunggu kamu bangun tidur, karena saya harus pergi. Urusan personal yang sangat penting dan yang ingin saya lakukan.

Sampai bertemu nanti Ocha, jaga dirimu dan jangan pernah mabuk lagi.

- Octavian -

Bibir Rossa bergetar, air mata jatuh dari pelupuk matanya. Dia menangis. Sakit, sangat sakit. Hatinya terasa seperti di tusuk sangat dalam. Cintanya tak terbalas. Rossa menangis kencang, dia memukul dadanya yang terasa sangat sesak, dan melampiaskan semua perasaan yang dirasanya saat ini dengan tangisan. Di ruangan itu hanya terdengar suara tangisan pilu Rossa.

ROSSA (ON GOING)Where stories live. Discover now