HAPPY READING 📖

Kemarilah, bermain bersama kami. Akan kami tunjukan betapa menyenangkannya menjadi teman, dan betapa menegangkannya mejadi musuh.

-RAVEGAS-

* * * * * *

CHAPTER 38: RAVEGAS VS REVLON

Rayyan mendengkus. "Gue bukan lo."

"DI SINI KALIAN TERNYATA!!"

Ke-sebelas siswa-siswi itu terlonjak kaget. Bahkan Alexa hampir terjungkal dari motor jika saja Devan tidak menahan tubuhnya.

Devan menggeram marah. Berani-beraninya guru itu, akan ia beri pelajaran nanti.

Mata Arya membulat. "Mampus, Bu Siska."

Guru berbadan gempal itu mendekati mereka. Kedua tangannya memegang kayu rotan yang panjangnya sekitar satu meter setengah.

"NGGAK DENGER SUARA BEL MASUK TADI, HAH?!!" Bu Siska berkacak pinggang. Matanya melotot seolah ingin keluar dari tempatnya.

Rayyan menatap sekitar. Sepi, hanya ada mereka di parkiran. Pantas saja dari tadi ia tidak mendengar suara pujian dari siswi-siswi Alanka. Ternyata mereka sudah kumpul di lapangan karena akan upacara.

Bu Siska tahu ia sedang berhadapan dengan siapa sekarang. Tapi ia tidak takut, yang namanya aturan tetap aturan, tidak boleh di langgar. Kalau ada yang melanggar, siap-siap mendapat hukuman darinya, sekalipun itu anak pemilik sekolah.

Daniel memperlihatkan deretan giginya. Ia mengeluarkan wajah memelas nya. "Kami nggak denger, Bu."

Bu Siska melotot kan matanya. Daniel sempat terkejut karena mata Bu Siska yang hampir keluar.

"KAMU PIKIR SAYA PEDULI?!" bentak Bu Siska dengan suara kerasnya, hingga membuat hujan dadakan selama beberapa detik.

Vano menggigit bibir bawahnya. "Tapi kan kita---"

"Kalian kenapa masih di sini? Kenapa kalian belum kumpul sama yang lain?"

Suara itu berasal dari belakang mereka. Pak Gatot, pelatih basket putra di SMA Alanka.

Arya tersenyum puas. "Tuh, Bu. Kita nggak ke lapangan karena mau latihan basket. Kan bentar lagi mau lomba."

Bu Siska memincingkan matanya, menatap mereka tak percaya. "Benar begitu, Pak Gatot?"

Pak Gatot menatap anak-anak didiknya, ia mengangguk tegas. "Benar, Bu. Saya yang suruh mereka ke lapangan basket tadi."

Bibir Bu Siska membentuk huruf o. "Ya sudah, saya mau cari anak-anak yang bolos upacara lagi." Setelah mengatakan itu, Bu Siska pergi meninggalkan mereka.

Vano menghembuskan nafasnya. Ia berjalan mendekati Pak Gatot. "Makasih, Pak. Sini, kita sungkeman dulu." Vano mencium telapak tangan Pak Gatot.

Pak Gatot menggeleng maklum. "Sudah, ayo ke lapangan. Untuk Alexa, Aurel, Lauren, dan Clara, kalian sudah di tunggu Bu Widya juga."

DEVANDRA [PRE ORDER]Where stories live. Discover now