[18] Secret Admirer

1K 79 0
                                    

HALO GAIS -!
DI CHAPTER KALI INI AYO KITA SEDIKIT TEBAK-TEBAKAN

KASIH AKU VOTE & COMMENT YA !

HAPPY READING

☁☁☁

Lunaisa berjalan menuju kelasnya dengan senyuman tipis yang menghiasi wajah cantiknya. Hari ini ada yang lain, pagi tadi sewaktu bangun tidur, lelaki yang ia sukai menyapanya lewat aplikasi pesan singkat. Hanya good morning 😋 tapi Luna amat sangat senang. Rasanya seperti mimpi.

"Kamu kenapa Luna? Dari tadi aku perhatiin kamu senyum terus," heran Pangeran yang menghadang jalan Luna dengan berdiri di depan pintu kelasnya. Lunaisa kian merekahkan senyumannya.

"Gak ada apa-apa kok, Kak. Cuma senang aja hari ini masakan Mama enak banget," dustanya. Pangeran mengangguk-angguk mengerti.

"Oh gitu ya. Umm ... yaudah deh aku ke kelas dulu ya Luna." dibalas anggukan, Pangeran melangkahkan kaki menuju kelasnya. Luna pun melakukan hal yang sama. Ia menghampiri mejanya, tapi ....

"Eh, apa ini?" ujarnya bermonolog. Sambil meraih kotak kecil itu, Luna mengedarkan pandangan. Kelasnya bahkan masih sepi sekali. Hanya ada dirinya dan tiga orang laki-laki yang sedang pushrank di belakang sana.

Yang manis buat kamu yang manis biar makin manis lagi.
Aku takut diabetes kalau ketemu kamu nanti 😋

Luna bingung. Kerutan tipis pada dahinya tampak menghiasi wajah cantik itu. Kotak berisi permen rasa buah-buahan itu membuat Luna penasaran sampai ingin mencari tahu siapa yang sudah meletakkannya di atas meja.

"Apa mungkin Joshua, ya? Atau umm ... jangan-jangan Kak Pangeran? Ah, iya. Di sekolah ini aku 'kan, cuma akrab sama mereka doang jadi gak mungkin kalau ada yang lain," ujarnya. Masa bodo permen itu dari siapa, yang penting enak dan gratis. Tentu saja akan Luna terima dengan senang hati.

Dia tersenyum melihat gadisnya menerima apa yang ia beri.

─ ༊₊˚•.﹆─

Beruntung sekali ada Joshua. Kalau tidak, Luna tidak tahu sampai kapan dia harus menahan rasa laparnya. Larangan Arga serta tragedi tempo hari membuat Luna berpikir dua kali sebelum memasuki kantin. Jujur saja dia takut pada komplotan itu. Tapi Joshua dengan santai berkata, "Dia gak akan berani macam-macam sama aku. Gini-gini juga aku udah dianggap sebagai adiknya."

Sesampainya di kantin, Luna tak memberi sedikit pun jarak dengan Joshua. Ia terus mengekori ke manapun lelaki itu melangkah. Bukan tanpa alasan, di sudut kantin Luna merasakan hawa negatif dari sorot pandang Jessy. Sinis, tajam, dan menusuk dalam.

"Jangan dipikirin si Jessy. Dia emang punya kesan sadis tapi kalau udah kenal dia baik kok sebenarnya," kata Joshua sambil tersenyum manis. Melihat Luna yang masih canggung campur takut membuat lelaki itu tak segan meraih tangan Luna lalu menggenggamnya. Lembut kayak kulit bayi.

"Ayo," ajaknya. Menggiring Lunaisa menempati salah satu meja yang masih kosong. "Tumben kamu gak bawa bekal."

"Ehehe iya soalnya Mama kesiangan tadi jadi belum siapin bekalnya," jawab Luna diakhiri senyuman manis seperti biasanya. Joshua mengangguk-angguk mengerti. Dia tak membuka percakapan lagi karena ingin memberikan waktu bagi mereka untuk menyantap makanan yang telah dipesan.

My Bad Boy Arga Место, где живут истории. Откройте их для себя