[25] Diperhatiin Arga

969 57 0
                                    

HAPPY READING GAIS

☁️☁️☁️

Lusiana menatap anak gadisnya penuh kekhawatiran. Wajahnya sedikit pucat. Dan tumben karena Luna pagi ini memakai hoodie tebal hadiah dari neneknya minggu lalu. Gadis itu juga tampak lebih murung dari biasanya.

"Are you okay?" tanya Lusi. Luna menoleh, tersenyum tipis lalu mengangguk. "Kalau sakit jangan maksain sekolah sayang."

"Luna gapapa kok, Ma. Luna mau berangkat sekarang, ya? Udah ada Arga di depan." Lusi hanya mengangguk. Ia mengantarkan Luna sampai ke depan pintu dan di sana ia melihat Arga tersenyum manis padanya. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati di jalan," pesan Lusi.

Luna yang kini sudah berada di depan Arga langsung diinterogasi oleh lelaki itu. Tidak mengeluarkan suara, tapi wajah Arga sarat akan kekhawatiran. Kedua alisnya bertaut menunggu jawaban dari mulut Lunaisa.

"Aku cuma sedikit meriang. Dingin banget."

"Jangan sekolah kalau gitu!"

"Ih gak mau orang cuma meriang dikit doang kok," bantah Luna gemas. Arga terkekeh selama beberapa detik lalu ia memberikan helm pada gadisnya itu. Lagi-lagi Arga menganggap Luna sebagai miliknya.

Arga mulai melajukan kuda besinya tatkala Luna sudah bertengger di belakang sana. "Ya ampun kalau jalannya kayak gini kita kapan sampainya sih Arga??" jengah Luna. Kalian tahu? Arga memacu motornya dalam kecepatan tidak lebih dari 20km/jam. Mereka bahkan kalah cepat sewaktu anak SD melewatinya memakai sepeda besi tua. Luna malu jadinya ....

"Hehe ... 'kan, kamu lagi sakit. Ntar kalau aku ngebut kamu makin masuk angin," jawab Arga. Luna geleng-geleng kepala mendengarnya.

"Tapi gak gini juga. Yang ada pas kita sampai sekolah gerbangnya udah keburu ditutup." Arga terkekeh karenanya. Dia 'kan cuma mau ngasih perhatian lebih. "Tambah kecepatannya, Arga!!"

"Siap," sahut Arga santai. Lebih santainya lagi lelaki itu meraih kedua tangan Luna lalu melingkarkannya melewati perutnya. Sontak saja Luna terkejut. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena pada saat dirinya mencoba memberontak, Arga sudah terlebih dahulu memberikan ancaman. Jadi kali ini Luna harus pasrah lagi menghadapi si tampan Arga.

Sesampai di sekolah, Luna tidak banyak bicara. Dia bergegas pergi menuju kelasnya tanpa berpamitan pada Arga. Arga mencoba untuk bersikap biasa saja, 'kan Luna sedang tidak enak badan ditambah mereka yang jadi pusat perhatian mungkin Luna belum terbiasa. Wajar, bukan?

─ ༊₊˚•.﹆─

Luna bersyukur karena pelajaran olahraga hari ini diisi dengan materi senam lantai. Walau dia tidak begitu mahir saat melakukannya, tapi setidaknya materi ini tidak begitu menguras tenaga. Hanya saja Luna merasa dia benar-benar lemas.

"Luna!" seru seseorang. Refleks Luna menolehkan kepala lalu tersenyum ramah. "Pak Rinal nyuruh kita buat simpan lagi matrasnya, ke rooftop," ujar gadis itu yang tak lain Sarah. Sesaat Luna mengernyit bingung.

Ya kali kita berdua harus ngangkat matras yang segede gaban ini sampai rooftop. Emangnya gak ada anak laki gitu? Duh, langsung mleyot badanku.

"Elah malah bengong. Ayo buruan katanya ntar dapat nilai tambahan," ujar Sarah lagi. Entah kenapa Luna merasa Sarah sedang memaksanya ikut. Dengan berat hati Luna mengikuti permintaan Sarah. Sarah yang mendapat anggukan dari Luna diam-diam tersenyum penuh kemenangan.

My Bad Boy Arga Where stories live. Discover now