Aksa melangkah keluar kelas terlebih dahulu. Tidak sabar ingin segera ke rumah sakit. Namun panggilan dari pak Anton guru olahraga yang tak lain adalah pelatih basket di sekolah itu memberhentikan langkahnya.

"Mau kemana?"

"Pulang lah pak, yakali ngepet hehe," jawab Aksa.

Pak Anton menggelengkan kepalanya pelan. "Teman-teman kamu sudah menunggu di lapangan. Kamu lupa kalo hari ini ada jadwal latihan basket?"

Aksa menepuk jidat. Ia lupa kalo harus terus mengasah kemampuannya dan timnya. Aksa juga lupa kalo hari ini ia harus berlatih. Cowok itu mendengus pelan. Ada saja!

"Laiya forget pak." Aksa nyengir tak berdosa.

"Yaudah ayo ke lapangan, udah di tunggu yang lain."

Aksa mengangguk pelan. Cowok itu menyeret kakinya malas menuju lapangan. Mau tak mau Aksa harus menunda untuk cepat-cepat bertemu pada kekasih mungilnya itu.

Aksa berpapasan dengan Nisa saat hendak menuju lapangan. Nisa berjalan dengan Zika. Tidak berdampingan. Zika tampak kesusahan mengimbangi langkah kaki Nisa. Memang hubungan mereka dengan Zika sudah membaik. Itu semua tentu saja berkat Aulia. Gadis itu berceramah panjang lebar agar semua mau memaafkan Zika. Aulia berkata jika menyimpan dendam adalah suatu perbuatan dosa. Mau tak mau mereka semua mengiyakan daripada siraman rohani seperti ini akan terus berulang nanti. Cari aman.

Aksa meminta Nisa berhenti. Cowok itu meminta Nisa menyampaikan pesannya pada Aulia kalau dirinya akan datang terlambat mengingat Aksa harus berlatih basket. Tadinya mereka memang berencana akan menjenguk Saras bersama.

Nisa hanya menanggapi dengan anggukan kaku satu kali kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Zika yang masih terpana akan ketampanan Aksa yang sepertinya bertambah setiap detik.

Aksa yang semula memperhatikan punggung Nisa berbalik mendapati Zika yang menatapnya cengo. Sebenernya Aksa malas menyapa, tapi apa boleh buat. Aksa saja bisa mendapatkan kesempatan kedua. Kenapa Zika tidak?

"Ngapain lo liatin gue kaya gitu?"

Zika gelagapan. "Em astagfirullah akhy, gak sengaja. Gue duluan ya."

"Nisa, tunggu woi!"

Aksa mengangkat bahunya acuh. Melangkah buru-buru ke lapangan. Sebelum ke lapangan Aksa mampir ke toilet untuk sekedar berganti baju. Aksa sudah tidak sabar berlatih agar cepat selesai.

Zika menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang. Zika sudah berjanji tidak akan menganggu hubungan Aulia dan Aksa lagi. Namun melupakan perasaannya pada Aksa tidak semudah itu. Rasa suka itu masih ada sampai sekarang. Tapi Zika selalu berusaha untuk melupakannya.

"Makanya kalo di panggil itu nyaut, ngapel Mulu sih yang lo pikirin," cibir Indra mengakak di pinggir lapangan saat Aksa datang dengan raut wajah datarnya.

"Yang bucin mah beda," sahut Dimas gencar menggoda.

"Dua tiga bunga kenanga. Dunia Aksa  isinya cuma Aulia," Ucup berpantun ria. Menyisir merapikan jambul dengan sela-sela jarinya tebar pesona. Banyak anak-anak cewek yang rela tidak pulang hanya ingin melihat latihan basket kali ini. Tentu saja karena kebanyakan anggota tim basket tampan makanya mereka rela berpanas-panasan hanya untuk sekedar menonton dan zina mata saat diantara cowok-cowok itu membuka baju karena kegerahan.

AULIA [On Going]Where stories live. Discover now