15) Heartbeat

8 1 0
                                    

Jaehyun mengendarai mobilnya menuju rumah seorang pria bermarga Lee. Ia ingin berkenalan dengan orang tersebut setelah 1 tahun menunda niatnya.

Jaehyun hanya mengenakan pakaian santai. Sebuah t-shirt dan celana jeans serta sepatu. Ia tidak ingin pertemuan ini menjadi terlalu formal.

Sesampainya di kediaman, ia turun dari mobilnya dan mengetuk pintu rumah tersebut.

Seseorang membuka pintu rumah tersebut lalu tersenyum lebar. "Silahkan masuk, Tuan Jung," sambut wanita paruh baya tersebut.

"Terima kasih, Bibi," jawab Jaehyun lalu masuk ke rumah yang cukup besar tersebut.

"Apa kau ingin langsung melihat Jeno?" tanya wanita yang bernama Tiffany itu.

"Tentu, Bibi," jawab Jaehyun sambil tersenyum ramah.

"Mari, Tuan Jung," ajak Tiffany.

"Panggil saja aku Jaehyun, Bi," kata Jaehyun.

"Baiklah, Jaehyun. Ayo!" tutur Tiffany sambil memandu Jaehyun menuju kamar Jeno.

Jantung Jaehyun berdetak dua kali lipat lebih cepat dibandingkan dengan biasanya. Perasaan sedih, lega, dan bahagia bercampur di hatinya.

Tiffany mengetuk pintu kamar anak bungsunya. "Jeno! Apa kau sudah bangun?" teriak Tiffany.

Sedetik kemudian, pintu kamar Jeno terbuka dan menampakkan seorang pria muda dengan posturnya yang tegap serta tinggi.

"Owh. Selamat siang, Tuan Jung," ucap Jeno sambil berjabat tangan dengan Jaehyun.

"Panggil saja aku Kak Jaehyun," jawab Jaehyun dengan senyumnya yang lebar hingga menampakkan kedua lesung pipinya yang manis.

"Baiklah, Kak Jaehyun. Ayo masuk!" ajak Jeno pada Jaehyun dan Tiffany.

Jeno mengambil sebuah kursi lalu meletakkan kursi tersebut dekat dengan tempat tidurnya dan berkata, "Kak, kau bisa duduk di kursi ini," kata Jeno sambil menunjuk kursi berwarna kuning yang telah ia letakkan di dekat tempat tidurnya.

Jaehyun langsung duduk di kursi tersebut dan menunggu Jeno yang sedang mengambil stetoskop.

Setelah beberapa saat mencari stetoskop, Jeno akhirnya menemukan benda tersebut.

Jeno langsung berjalan ke tempat tidurnya, duduk di ujung tempat tidurnya lalu memasangkan stetoskop tersebut di telinga Jaehyun.

Jaehyun sangat gugup. Jeno mulai membuka kancing bajunya. Jaehyun terkejut melihat bekas operasi jantung yang ada di dada Jeno. "Silahkan, Kak," ucap Jeno.

Jaehyun mengarahkan bell stetoskop ke arah jantung Jeno. Air mata Jaehyun mulai berjatuhan. "I-ini adalah detak jantung yang sangat aku rindukan," kata Jaehyun.

Ya.

Belle mendonorkan jantungnya untuk Jeno.

Jaehyun tidak berhenti menangis. Ia merasa bahwa Belle masih hidup di dalam Jeno. Tiffany mentikkan air mata haru. Tiffany mengelus punggung Jaehyun untuk menenangkannya.

"Jeno, boleh aku memelukmu?" tanya Jaehyun.

Jeno mengangguk dengan yakin. Jaehyun langsung berdiri dan memeluk Jeno. Ia berjanji akan merawat Jeno bagaikan adiknya sendiri. Ia ingin berterima kasih pada Jeno karena telah mau merawat jantungnya dengan baik.

"Terima kasih karena telah merawat jantung Belle dengan baik, Jeno," tutur Jaehyun sambil mengelus kepala Jeno dengan penuh kasih sayang.

Jeno mengangguk. Jeno menunjuk dada Jaehyun. "Tentu aku akan menjaga jantung ini karena aku masih ingat ada jantung lain yang berdetak untuk jantung yang berdetak di dadaku," ujar Jeno lalu mengancingkan kembali bajunya.

"Jeno, Jaehyun, ayo minum teh bersama," ucap Tiffany lalu mengajak dua pria yang ada di hadapannya untuk meminum teh.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 25, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mon Chéri | JJHWhere stories live. Discover now