XI - Bertemu Keluarga Adken

2.4K 553 26
                                    

Adken membaca pesan dari Dito keesokan paginya. Ia dibuat penasaran tentang buku yang dimaksud Dito. Ada apa gerangan Kak Ire memberikannya sebuah buku? Dan apa maksudnya buku itu khusus untuknya? Apa jangan-jangan buku guna-guna? Adken dibuat merinding oleh pemikirannya sendiri.

Adken bukannya mau berburuk sangka terus menerus, tapi walaupun Kak Ire sudah membantunya, tapi tetap saja Adken tidak dapat percaya dengan wanita itu.

Gantari yang melihat Adken menghembuskan nafas berkali-kali sambil memandangi layar ponselnya, jadi penasaran, apa yang membuat Adken jadi gelisah seperti itu?

"Mas Ken kenapa gelisah seperti itu?" tanya Gantari.

"Tidak ada apa-apa, yasudah ayo berangkat, pasti Bunda senang bertemu kamu," jawab Adken mengalihkan pembicaraan.

Itu cuma gombalnya Adken aja, padahal dia juga gak tau gimana reaksi bundanya pas tahu dia bawa anak gadis orang ke rumah. Mana pula rencananya dia bakal nyuruh Gantari tinggal disana. Entah, tapi yang jelas Adken berharap kebaikan bundanya berlaku untuk hal ini.

Perjalanan dari Surabaya ke Bandung, Adken memutuskan untuk naik pesawat, agar tidak lama di perjalanan. Dikarenakan juga Adken yang masih harus ke kampus untuk konsultasi dengan dosen pembimbingnya. Jadilah ia tidak ingin membuang-buang waktu, semakin cepat semakin baik.

Untuk identitas Gantari, sudah Adken pikirkan sejak gadis itu kembali menjadi manusia seutuhnya. Adken meminta asisten kepercayaan ayahnya untuk mendapatkan kartu keluarga, yang terdapat identitas anak perempuan berusia enam belas tahun di dalamnya. Mereka segera menyanggupi itu, lalu mengirimnya pada Adken. Hal ini guna agar Gantari bisa menaiki pesawat, karena ia belum memiliki KTP.

Anak dibawah umur diperbolehkan menggunakan kartu keluarga, dan harus didampingi orang tua. Namun milik siapa sebenarnya kartu keluarga yang diberikan kepadanya ini, Adken tidak tahu. Apakah berkas ini asli atau palsu, Adken juga tidak tahu. Lagi pula kartu keluarga tidak terdapat foto di dalamnya, jadi tidak perlu khawatir akan ketahuan. Ia mempercayakan semuanya pada asisten ayahnya itu.

🌵⚘🌵

Sedari sampai di Bandar Udara Internasional Juanda, Gantari selalu berdecak kagum melihat semua sarana dan prasarana canggih yang ada disana. Mulai dari pintu otomatis yang bergeser sendiri ketika ada orang lewat, troli untuk mempermudah membawa barang bawaan, metal detector yang suka berbunyi jika orang jalan melewatinya, mesin X-ray untuk mendeteksi semua barang bawaan penumpang, suara yang berasal dari speaker untuk mengumumkan hal penting, serta conveyor untuk mengantar barang yang akan diletakkan dibagasi pesawat.

Dan ketika Gantari memasuki pesawat, ia bahkan berjabat tangan dengan pramugari yang menyambutnya dipintu pesawat. Lagi dan lagi Gantari dibuat berdecak kagum melihat interior pesawat yang menurutnya sangat keren. Gantari juga terlihat sangat takjub ketika melihat tv dan meja kecil yang menempel dibelakang tempat duduk penumpang. Ini benar-benar kali pertamanya Gantari melihat itu semua.

Sedangkan Adken? Ia merasa Gantari itu lucu sekali. Ekspresi wajahnya yang terlihat sangat senang, terkagum-kagum, dan bahkan plenga plengo, membuat Adken jadi ikut merasakan rasa bahagianya.

"Kamu lucu kalau lagi mangap," ucap Adken tanpa sadar.

Gantari yang merasa Adken sedang berbicara padanya mengalihkan perhatiannya kepada Adken sepenuhnya.

"Mas Ken tadi ngomong opo?" tanya Gantari dengan lembut.

Adken terkejut melihat Gantari tiba-tiba menoleh kearahnya dan berbicara padanya. Adken jadi salah tingkah karena wajahnya dan wajah Gantari terasa sangat dekat.

"Emm tidak ada, nanti saat pesawatnya jalan, kamu lihat ke arah jendela ya, pemandangannya sangat indah kalau dari atas, kamu juga bisa lihat awan dari dekat," ucap Adken mengalihkan pembicaraan.

Legenda Patung Jayashree [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang