Dia selalu ada, aku susah ada

Start from the beginning
                                    

Saat mereka sedang berduaan, jantung rasanya ingin berhenti berdetak. Waktu berjalan lebih lambat dan perasaan jadi tidak karuan.

Yang membuat Ajeng semakin yakin adalah, Rion tidak pernah menolak kedatangannya. Apalagi keluarga dan lingkungan Rion, semua sangat baik dan ramah.

Pagi datang lebih cepat, Ajeng pergi seperti biasa kerumah Rion. Ia dan keluarga Rion sudah mulai akrab sejak pertama bertemu, saat datang Ajeng disambut baik membuat semakin hari rasanya ingin tetap berada di rumah ini.

Mama Rion memberikan secangkir teh, dan menyuguhkan roti. Ya memang benar roti sudah menjadi makanan wajib disini, karena hampir setiap hari Rion tidak pernah absen untuk berada di dapur.

"Wah Tante, makasih ya Ajeng udah dibuatin teh," ucap Ajeng sambil tersenyum.

"Iya, sama-sama."

Mama Rion pergi ke kantor, meninggalkan ke Rion sendiri. Yoga memilih merantau ke Surabaya, mencoba mencari peruntungan di kota orang.

"Duh, dia mulu yang dateng sampe gue bosen!" ucap Rion kesal.

"Ngasih alesan apa lagi ya biar nganter orderan gak sama dia? Jujur gue males kalo diekorin nih cewe mulu!

Mama memanggil Rion, memastikan apakah sudah bangun atau tidur lagi.
Aroma parfum sudah memenuhi setiap sudut kamar, Rion berpenampilan rapi dan segera mengunci pintu.

Seperti pasangan muda yang sedang dimabuk cinta, Ajeng dari tadi terus memepet Rion dari kursi belakang.
Menempatkan tangannya di pinggang Rion dan menyender kepala.

"Yon, ih gak bisa diem!" kata Ajeng bercanda.

"Apaansi? Lepas gak tangannya? Ini kepalanya ngapain? Gak bisa duduk yang biasa? Apa mau gue turunin disini?" ucap Rion kesal.

Di orderan terakhir hari ini, mereka membutuhkan untuk berhenti sebentar. Rasanya seperti Dejavu, pengulangan memori seperti dulu.

Kenangan manis seolah tidak ingin dilupakan, ada seseorang yang memiliki tempat tersendiri.

Ajeng memang baik, setiap waktu pasti selalu menyempatkan untuk Rion. Entah raga atau jiwanya didedikasikan untuk Rion, sampai lupa akan sekolah dan rumah.

Suara klakson motor tersebut keras, jalanan yang ramai dan pagi itu menjadi hari yang bisa dibilang cukup sial untuk Rion.

Karena ia harus menghabiskan waktu panjang bersama Ajeng, perempuan yang sama sekali ia tidak idam-idamkan. Tapi jika ditanya apakah perempuan itu baik, tentu saja.

Bersikap baik kepada teman adalah hal wajar yang harus dimiliki semua orang. Dikala malam Ajeng sering bercerita tentang bagaimana sulitnya ia menghabiskan hari indah, bersenang-senang dan bercanda tawa.

Telfon malam adalah syarat wajib untuk hubungan aneh mereka, disisi lain hanya 1 pihak yang merasa terbang tapi disisi lainnya merasa terikat oleh tali yang sangat panjang.

"Yon, habis ini kita mau kemana lagi?" tanya Ajeng.

"Kita?" kata Rion singkat.

Mengakhiri setiap kata yang ingin ditanyakan, mereka kembali melanjutkan perjalanan dan Rion mengantar Ajeng pulang.

Tanpa basa-basi Rion langsung tancap gas dan pergi, ia sebenernya sangat risih tapi rasanya hati terlalu lembut untuk menyakiti hati perempuan.

Tapi apakah lebih berbahaya jika terus berlangsung?

Motornya terhenti tepat didepan rumah perempuan yang tidak asing, ketenangan terus menghampiri.

Tiba-tiba ada seseorang yang keluar dari pintu depan, ia menggunakan celana pendek dan kaos oversize.
Rambutnya dibiarkan terurai, perempuan tampak cantik dengan outfit santai, lalu ia menoleh ke arah Rion.

KEMBALI SMP (END)Where stories live. Discover now