"Iye, kita selain Arya kalau ulangan Bahasa Indonesia nilainya rendah," pasrah Vano.

"Kok cuma Arya doang? Gue, Devan, Rayyan, Farrel, Kenzo kalau ulangan Bahasa Indonesia nilainya tinggi-tinggi kok," protes Daniel.

"Iye, iye, IYEEE! YANG NILAI BAHASA INDONESIA NYA RENDAH GUE DOANG, KALIAN TINGGI-TINGGI NILAINYA, KAYAK ORANGNYA!!" teriak Vano. Merasa ucapannya selalu salah di mata mereka.

Mendengkus keras karena kesal.

"Nggak usah teriak, Anjir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak usah teriak, Anjir. Nggak malu lo diliatin?" Setelah mendengar ucapan Kenzo, segera ia melihat sekitar. Benar, warga kantin sedang memperhatikan dirinya.

"Maap ye, maap, harap maklum, temen gue rada-rada soalnya." Arya menyatukan kedua tangannya lalu meminta maaf kepada penghuni kantin.

"Rada-rada gini juga temen lo, Njing." Vano menatap Arya kesal.

"Hah, apa? Emang kita temen?" Arya memajukan telinganya ke wajah Vano, berpura-pura tidak mendengar apa yang dikatakannya.

"Ribut, makan tuh pesenan kalian." Rayyan menghentikan perdebatan mereka.

"Gue denger-denger, dia bentar lagi balik, bener, Bos?" Keadaan menjadi hening saat Farrel menanyakan perihal kedatangannya.

"Nggak tau." Si empunya menjawab sambil memakan nasi goreng pesanan nya.

"Lah kok nggak tau, kan lo---"

"Jangan bicarain di sini, bisa jadi salah satu dari siswa-siswi di kantin utusan musuh kita," ucap Kenzo mengingatkan.

Musuh mereka ada dimana-mana, bahkan di kandang sendiri. Jadi mereka harus berhati-hati ketika membicarakan suatu hal pribadi, apa lagi menyangkut kelemahan Devan, ketua mereka.

"Tumben si Lucifer kagak tereak-tereak cariin lo, Bos."

"Kan bagus kalau dia nggak nongol, kehidupan terasa tentram dan damai, ngapain lo cariin dia?" Pertanyaan Daniel berhasil membuat Vano bungkam.

Kata-kata yang akan keluar dari mulutnya seketika buyar. Lah iya ya, ngapain gue cariin dia? batin Vano, merasa heran dengan dirinya sendiri.

"Lo suka sama Lucifer?" Arya bertanya dengan wajah tengilnya, kapan lagi coba godain rival sendiri.

"Nggak lah, ya kali gue suka sama cewek not have akhlak kayak dia."

"Ah masa, nggak percaya gue." Arya berucap seraya mengelus dagunya pelan.

Kriinggg kriinggg
The first break is over. Students are asked to return to class to continue the lesson.

DEVANDRA [PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang