Diki

6 3 4
                                    

"Mas."

Beberapa ketukan mengiringi suara sapaan seorang gadis dengan kantung keresek di tangannya. Lelaki yang ada di rumah, masih setengah sadar kala itu.

"Permisi. Mas." Gadis itu masih gigih menggerakkan kepalan tangannya.

Hingga, lelaki itu berjalan dari arah kamar untuk membuka pintu. Sebelumnya, dia sempat melongok sambil menyibakkan tirai.

"Aku lagi isoman, Mbak. Nggak boleh kontak dengan orang luar," teriaknya. Dia tidak mungkin ke luar. Selain karena takut diomeli oleh warga sekitar yang bisa saja melaporkan ke pak RT, dia pun sedang kehabisan stok masker medis.

"Iya, aku tahu, Mas. Justru karena Mas-nya lagi isoman, jadi aku ke mari." Gadis itu tersenyum dengan percuma karena masker duckbill yang digunakannya menutupi lengkungan pada bibirnya.

Gadis itu lalu mengangkat keresek yang digenggamnya. "Aku gantung di handel pintu, ya, Mas."

Selang beberapa saat kemudian, gadis itupun melambai dan pergi.

Diki, lelaki yang pintu rumahnya diketuk tadi, baru ke luar setelah 5 menit berlalu. Dia sangat penasaran dengan apa yang dibawakan oleh gadis itu. Andai saja indera penciumannya masih tajam, pasti dia sudah sangat menikmati aroma kuah soto dan jus mangga yang ada di keresek berbeda.

Dia ingin mengejar gadis itu. Kalau saja kesempatan ada di hadapannya, bukan hanya terima kasih yang akan diucapkan tadi. Dia ingin menanyakan siapa namanya, di mana rumahnya, dan tentu saja nomor Whatsapp. Gadis secantik tadi, tidak mungkin dia sia-siakan.

"Siapa, Mas?"

Suara lain dari dalam rumahnya membuyarkan lamunan. Diki lantas menoleh sambil menutup pintu.

"Oh, itu, tetangga yang kirim makanan." Diki memang tidak berbohong. Terkaannya, gadis itu pasti tinggal tidak jauh dari rumahnya.

"Aku masih pusing sekali, Mas. Aku tidur lagi, ya." Rami, istrinya Diki, lantas berjalan kembali ke kamar.

Diki pun berjalan tetapi ke arah dapur. Dia memang sudah cukup lapar setelah bangun tidur tadi.

Saat membuka bungkusan dari gadis itu, sebuah kertas terselip di dalamnya.

'Ini khusus buat Mas Diki. Jangan dibagi ke istrinya Mas, ya.

Salam kenal,
Ayunda.'

Diki tersenyum dengan debar jantung yang tidak keruan. Ternyata tak perlu mengejar gadis itu untuk berkenalan. Karena di balik kertas berisi surat sapaan, ada nama dan nomor kontak si cantik.

Wah, rezeki double untuk dijadikan istri kedua.

Round and RoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang