Rahfa

8 5 1
                                    

"Sayang, kamu dimana?" tanya Delima. Sengaja ia melakukan panggilan dengan memasang loud speaker agar kedua lengannya masih bisa digunakan untuk bersolek.

"Di rumah. Kenapa, Honey?" jawab seorang pria dari balik telepon.

"Jemput aku sekarang ya. Aku lagi siap-siap, nih." Delima memasang lensa kontak berwarna hazel di mata kanannya, dilanjut di mata kirinya.

"Aku nggak bisa, Yang. Maafin aku ya."

Delima menghentikan gerakannya. Matanya melirik ke arah ponselnya seolah dengan benda kotak itulah ia harus menumpahkan amarahnya.

"Aku udah siap-siap biar kamu nggak nungguin aku dandan pas sampai disini." Delima mendengus kesal. Ia menjentik-jentikkan ujung jemarinya di atas meja rias.

"Ada Persib, Yang. Gimana kalau aku jemput kamu setelah Persib selesai main?" bujuk pria tersebut.

Sayangnya, Delima tidak suka penolakan. Belum lagi ada 2 tiket yang sudah berada di dalam tas-nya dengan manis.

"Aku udah beli tiket nonton yang jam 5 sore." Suara Delima terdengar kecewa dan lesu.

"Maaf. Nanti aku ganti ya, Sayang." Pria itu masih saja membujuk Delima. Ada jeda beberapa saat sebelum pria itu melanjutkan kalimatnya. "Atau, kamu nonton sama Ardila aja. Nanti pulangnya, aku jemput."

"Gak!"

"Sayang? Please jangan ngambek, ya."

"Aku mau kita putus!"

"Yang? Sayang?"

Terlambat, Delima sudah terlanjur memutuskan hubungan telepon dan juga hubungan dengan pria itu. Delima tidak tahu apa yang terjadi dengan pria tersebut, yang pasti, Delima sekarang sudah selesai memoleskan lipstick di bibirnya yang tipis.

Delima bergegas keluar dari kamar sambil menjinjing tas kecilnya. Senyumnya merekah kala ia melihat seorang pria tengah duduk di teras rumahnya.

"Yuk?" Pria tersebut menggandeng lengan Delima lalu mencuri ciuman di kening gadis itu. Delima hanya bisa tersipu dengan perlakuan manis pria disampingnya.

"Jadi, kamu udah putusin pacar kamu?" tanya pria itu sambil membukakan pintu mobil untuk Delima. Delima mengangguk pasti, masih dengan senyum yang seakan terukir selamanya di bibir itu.

"Gampang banget ya putusin dia." Pria itu menutup pintu mobil lalu menekan start engine button.

Round and RoundWhere stories live. Discover now