Rey

15 7 2
                                    


Hari ini aku akan berkunjung ke rumah kakakku, Ko Rey. Rumah baru, tapi masih jomblo. Ah kasihan Ko Rey. Habis, dia pilih pilih sih. Kalau pengen yang kutilang (red: kurus tinggi langsing) sih banyak. Jalan-jalan aja ke Mall, pasti banyak. Tinggal minta nomor wa, pedekate, kalau cocok lanjut, kalau enggak ya dadah. Tapi masalahnya adalah, Ko Rey ingin wanita yang dewasa, agamanya bagus, keibuan. Aku udah tawarin Bu Deleng, doi nggak mau. Keukeuh pengen yang kayak Mamah Dedeh. Aku bisa aja sih ke Indosiar terus minta nomor wa nya Mamah Dedeh ke managernya. Tapi yakali Ko, ah, suka ngaco kalau punya cita cita.

Paragraph pertama cerita aku terlalu panjang kayaknya, tapi nggak apa-apa deh, yang penting nggak muter-muter kayak kipas angis di ruang tunggu JNE. Huft, iya, karena efek pemadaman bergilir, jadinya kantor JNE cuma pasang kipas angin. Alasannya, genset yang mereka miliki nggak kuat untuk dipakai nyalain AC.

"Kayak rindu, Non, berat," ujar salah satu pegawai JNE. Iya, aku tahu, PH film itu udah casting untuk film keduanya. Tapi tetep aja, dialog di film pertama masih terngiang-ngiang di telinga masyarakat termasuk Mas Mas pegawai JNE ini.

Jadi, sebelum aku ke rumah Ko Rey, aku mampir ke JNE untuk menitipkan paket pesanan berisi ulukutek leunca instan. Ini memang bisnis baru aku dengan si ehem. Makanan khas Sunda ini ternyata banyak dirindukan oleh orang Sunda yang sedang berada di luar negeri. Ide membuat ulukutek leunca instan pun muncul demi memanjakan lidah pribumi orang-orang yang sedang mengelana di negeri seberang.

Setelah aku selesai dengan pengiriman barang *lap dulu keringet*, aku berjalan ke shelter travel karena memang lokasinya dekat. Sebenarnya bisa sih aku nyetir sendiri, tapi aku sedang lelah teramat sangat karena kemarin habis nyariin kutu di bulu tebalnya Ilananda, kucing Persia peliharaan tetangga. Jadi, selain aku bisnis ulukutek leunca instan, aku juga membuka usaha membersihkan kutu dengan cara konvensional. Dan, kemarin itu pegawai aku sedang cuti, alhasil aku deh yang mengerjakan tugas itu.

Setelah perjalanan selama 60 menit lebih 22 detik, sampailah aku di rumah baru Ko Rey.

"Kokooo, I'm comiiing!" seruku sambil membuka pagar dengan barbar. Awalnya aku ingin membuka pintu dengan cara ditentang, biar kayak di film-film action gitu, tapi tiba-tiba saja muncul sesosok mahkluk yang membukakan pintu.

"Eh, Princess Elsa. Masuk, Sayang," sapa wanita itu sok akrab.

Eta sih saha, eh salah, saha sih eta? (Siapakah dia?), gumamku dalam hati. Dengan ragu, aku melangkahkan kaki ke dalam rumah baru Ko Rey. Aku pun dengan segera mencari Ko Rey. Aku khawatir wanita ini udah ngapa-ngapain my Koko, hiks.

Syukurlah aku menemukan Ko Rey sedang menyiapkan makanan di dapur. Idih, sejak kapan Ko Rey bisa masak. Ada yang aneh kayaknya.

"Eh, adik Koko udah dateng. Sini, sini." Ko Rey melambaikan tangan ke arahku agar menghampiri meja makan. "Udah kenalan sama pacar baru Koko?"

Buseeet daaaaah, jadi yang tadi pacarnya Ko Rey?

Segera aku menoleh ke arah wanita yang, puhhh-leeez, nggak ada cantik-cantiknya di mata aku. Perhatiin deh, semuanya palsu. Bulu mata, alis, warna mata, hidung, aku juga curiga, pantatnya kayaknya palsu juga.

"Hai, Princess Elsa, aku Javu," ujarnya manis sambil menjulurkan tangan.

"Nggak usah pake princess. Elsa aja," balasku ketus.

"Ih, jangan galak-galak dong, cantik," ujar cewek itu sambil mencolek pipiku. Arrrggghhh, fix, sepulang dari sini, aku wajib facial ke erha.

Seketika aku menarik lengan Ko Rey untuk menjauh dari Jav, euh, siapa sih tadi namanya, ah entahlah lupa.

"Koko, kenapa cari pacar yang kayak gitu?" tanyaku murka.

"Itu selera Koko banget. Apa yang salah?" Ko Rey malah balik bertanya.

"Itu dapet yang kayak gitu dimana?" tanyaku lagi.

"Lagi pada ngapain sih, bisik-bisik. Ikutan, dong." Tiba-tiba saja pacar Ko Rey menghampiri. Sontak aku terkejut dan nggak sengaja menyenggol pintu kitchen set.

Pintu itu terbuka perlahan lalu tiba-tiba sesuatu yang tidak disangka keluar dengan cepat dari celah pintu itu.

"Kyaaaaa...."Javu berteriak.

Aku kaget karena teriakannya yang melebihi suara toa di stasion kereta api. Javu berlari menjauh dari dapur. Malangnya, sesuatu yang keluar dari balik pintu kitchen set malah semakin menghampirinya. Javu langsung naik ke atas kursi.

"Ayam, ayam, ayam!" serunya dengan panik.

"Itu bukan ayam, keleus, itu kecoa. Ah elu," ujarku sambil menutup pintu kitchen set lalu mengambil Baygon.

"Ayam, ayam, ayam!" Javu terus saja berteriak sampai akhirnya suara teriakan yang awalnya aku dengar berupa suara wanita, mendadak berubah menjadi suara pria.

Aku dan Ko Rey berlari ke arah Javu yang ketakutan. Beberapa saat kemudian, Javu pingsan dan kecoa pun terbalik karena aku semprot Baygon.

"De Javu, bangun sayang." Ku lihat Ko Rey nampak cemas. Keringat segede-gede jagung menetes dari pelipisnya. "Sayang, bang..."

"Arrrggghhh!" Teriakan Ko Rey membuatku yang sedang menyimpan obat nyamuk, lantas menoleh dan berlari ke arahnya.

"Kenapa, Ko? Ada apa?" tanyaku.

Belum sempat Ko Rey menjelaskan, ia malah pingsan. Aku mulai panik.

Setelah bersusah payah membaringkan Ko Rey ke atas karpet, sekarang giliran aku harus mengurus Javu yang masih pingsan. Belum sempat aku menarik tubuh Javu, sebuah rambut lepas dari kepalanya.

"Kyaaaaa!"

Aku bertahan supaya tidak ikut pingsan. Ku elus-elus dadaku yang hampir saja terkena serangan jantung. Kucoba membuka mata yang sempat menutup karena kaget. Saat aku membuka mata, sesuatu yang aku lihat di hadapanku ini benar adanya.

Javu ternyata mengenakan wig. Javu ternyata lady boy.

Kulirik kecoa yang menggelepar di atas lantai marmer.

"Thanks, Cockroach. You save my family."

Round and RoundWhere stories live. Discover now