I •Hati yang terbalut luka•

Start from the beginning
                                    

     Regi membenarkan posisi ya, mencoba berdamai dengan keadaan dan suasana hatinya.

     "Setiap anak itu beda nasib, Pa. Papa ngak bisa maksa seseorang sama kehendak Papa!" jawabnya sedikit sengit.

     Plak!

     "Jangan pernah ajarin Papa!"

     Lagi-lagi ia mendapatkan hadiah yang begitu luar biasa dari sosok yang kata orang 'Pahlawan tanpa tanda jasa'—Haha, Regi hanya ingin tertawa sekarang.

     Sosok yang katanya pahlawan itu nyatanya bukan apa-apa bagi dirinya. Sosok yang begitu ia benci lebih dari apapun di dunia ini.

     Tangannya terangkat dan menyeka sedikit noda darah yang berjejak di sudut bibirnya karena tamparan keras sang Ayah. Regi tertawa.

     "Kalau gitu jangan pernah urusi hidup Regi. Ini hidup Regi, Regi yang jalanin, bukan Papa!" matanya beralih menatap kedua saudaranya yang hanya terdiam di kaki anak tangga.

     "Urusi saja anak kesayangan Papa itu," tunjuknya sebelum benar-benar pergi dari hadapan sang Ayah.

     "REGI! BERHENTI KAMU! ANAK KURANG AJAR!"

     "REGI!"

     Ia tak menghiraukan teriakan sang Ayah, ia hanya ingin lekas membaringkan dan mengistirahatkan tubuhnya yang begitu letih.

     Tapi sebelum itu terjadi, langkah kakinya berhenti tepat saat ia berpapasan dengan lelaki yang lebih tua 2 tahun darinya.

     Tangannya terulur, menepuk pelan pundak lelaki itu.

     "Puas kan lo sama drama malam ini," ucapnya di bumbui dengan senyum tipis. Ah tidak, tepatnya senyuman kecut.

     "Dan apa gunanya hidup kalau cuman jadi parasit? Ngak berguna." jawab lelaki itu datar tapi mampu menusuk hati.

     Dan sialnya Regi mendengar perkataan itu, perkataan yang mampu membungkam mulutnya rapat-rapat.

     Namun ia mencoba abai, ia sudah terbiasa dengan perkataan sadis lelaki itu. Karena bagi Regi perkataan itu hanyalah perkataan sampah yang sama sekali tak bermutu.

     Regi melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga, hingga berakhir ke salah satu sudut ruangan dan membuka pintunya secara perlahan.

     Hal pertama yang menyambutnya adalah bau obat-obatan dan dinginnya AC yang tercampur menjadi satu.

     Regi sedikit tak suka, bahkan ia bisa mual hanya karena bau itu. Tapi, sekuat tenaga ia tahan demi melihat sosok yang kini sedang terbaring tak bergerak di sana.

     Sejenak ia menghela napas panjang sebelum benar-benar menghampiri sosok itu dan tatapannya berubah sendu.

     "Maaf, kita berantem lagi malem ini."

Xiao Dejun (WayV) as Regi Sabiru

Xiao Dejun (WayV) as Regi Sabiru

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa follow goresanlarafTiktok : goresanlaraf

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa follow goresanlaraf
Tiktok : goresanlaraf

Another Pain [END] ✔Where stories live. Discover now