Tanpa mengatakan apapun Nezuko pergi dari sana, senyum bodoh milik Zenitsu lenyap. Tak ada tatapan aneh dari teman sekelas lainnya karna itu sudah hal biasa bagi mereka. Zenitsu si pintar pengejar Ratu SMP. Padahal banyak sekali perempuan lain yang mengejarnya, baik Kakak kelas, satu angkatan atau adik kelas lain.

"Monitsu, aku penasaran kenapa kau selalu berkata tadaima kalo ketemu adiknya si Monjiro." penasaran Inosuke pada teman seperjuangannya, "Benar juga, itu aneh." tanggap Tanjirou,

Zenitsu terdiam, dia juga tak tahu kenapa. Hanya saja, ia suka sekali mengatakan hal itu pada Nezuko sejak saat pertama kali mereka bertemu.

Rasanya, ada sebuah penyesalan yang membelenggu dalam satu kalimat itu. Namun, Zenitsu tak tahu hal apa yang merantainya seperti ini.

Seolah, di kehidupan ini dia ingin terus dan terus mengucapkan satu kalimat yang sama di hadapan gadis itu. 'Tadaima'. Apakah Nezuko adalah bagian dari kehidupannya di kehidupan dahulu?

Jika iya, kenapa hal itu harus terbawa dalam kehidupan baru ini?

Hidup baru, lembaran baru, ingatan baru, takdir baru, teman baru, juga Cinta baru. Ia seharusnya tak lagi terikat dengan masa lalu.

Lagipula, apa memang benar dirinya pernah punya kehidupan lain selain ini? Semua seperti omong kosong.

"Tapi semua mimpi itu terasa nyata..." bisik Zenitsu,

"Mimpi? Mimpi apa?" tanya Tanjirou yang mendengar bisik lirih teman kuningnya, Zenitsu tersenyum lebar. "Bukan apa-apa! Kalian sudah selalesai mendirikan tendanya?"

"Kau kenapa sih? Bengong mulu," Akemi menegur sang teman, mereka sekarang sedang ada di depan api unggun.

Seluruh Yayasan itu terbagi menjadi 6 lingkaran dan di setiap lingkaran berkobar sebuah api unggun.

"Entah, aku ingin pergi ke toilet sebentar."

"Perlu ku temani?" Yuichirou menoleh dan menawarkan diri di saat dirinya sedang mengobrol dengan gadis di sisinya, Muichiorou menggeleng seraya berdiri.

"Tidak perlu, kau lanjutkan saja Pdkt-mu itu Kak." setelah mengatakannya dengan wajah tak berdosa, Muichirou pergi meninggalkan sang Kakak yang memaki dalam hati.

Muichirou berjalan sendiri dalam kegelapan koridor, apa ia takut? Seharusnya sih, tapi sekarang kepalanya sedang di isi penuh oleh ingatan-ingatan aneh. Menjadikannya tak ada lagi tempat tersisa dalam otak untuk hal-hal ghaib.

"Hah... Ini terlalu rumit, sebenarnya ini ingatan siapa? Wanita dan pria yang kulihat dalam ingatan itu... Siapa mereka?"

Tanpa sadar, bukannya pergi ke toilet dia malah berjalan ke taman belakang yang sudah tak layak huni. Tak ada orang yang mengurus taman ini, menjadikannya tempat yang sangat mengerikan, apalagi di malam hari.

Oke, di sini Muichirou mulai merasakan hawa yang tak mengenakkan, merasa berjalan terlalu jauh dan melenceng dari tempat tujuan, dia segera membalikkan badan lalu bergegas pergi.

"KYAAAAAAA"

Sebuah suara teriakan menghentikannya, ia kembali berbalik dan mencoba mencari asal teriakan.

"Bukan kuntilanak yang berteriak tadi, 'Kan?" bisiknya seraya tangan mengelus tengkuk,

Dzrrttt..

Muichirou merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya, sesuai insting, Muichirou mengikuti perasaan bagai benang tak terlihat mengikat dirinya pada sesuatu.

Dan saat sampai, di sana ia melihat seorang wanita bersama seonggok makhluk mengerikan, matanya melotot.

"Tolong!!!" wanita itu berlari mendekat ke arah Muichirou dan bersembunyi dibalik badannya, monster yang ingin menyerang wanita tadi menatap Muichirou bengis.

Pengulangan | KNYWhere stories live. Discover now