14B • Try To be Strong

Start from the beginning
                                    

Otaknya mulai mengingat setiap kata yang sempat dia dengarkan dalam percakapannya dengan Arfan pagi itu. Tiba-tiba dia teringat seminggu lagi Vira berulang tahun, itu artinya jika benar pria bernama Heffry serius dengan ucapannya maka taka akan lama lagi dia akan mewujudkannya.

Untuk apa kamu membantunya, bukankah dia yang mengambil kesempatanmu. Harusnya biarkan saja dia terluka—

Suara hati Hawwaiz yang kotor mulai mendominasi otaknya. Namun, logikanya masih cukup waras mengemban tanggung jawab yang harus diselesaikan segera. Hawwaiz segera membersihkan muka Heffry lalu menjahit luka yang ada di kening Heffry setelah mendapatkan persetujuan dari dokter jaga senior.

Kelihaian Hawwaiz tentang pekerjaan jahit menjahit ini sudah mendapatkan legitimasi dari seluruh dokter jaga emergency hingga mereka berani memercayakan pekerjaan itu kepadanya meski statusnya di rumah sakit ini hanyalah seorang dokter clerkship.

"Prepare the patient for the radiology room, we have to know what is happening to his hand and shoulder. Because he felt pain even though I only touched him slowly," Hawwaiz memberikan rekam medis pada perawat yang mendampinginya menangani luka Heffry bersama Clara.

"OK, I'll tell his family," kata Clara.

"Sorry, Doctor, but the family hasn't arrived yet. Because there is no information that tells us who we should contact," jawab perawat.

"Isn't he the son of an Indonesian diplomat? Why not just contact his father at his office?" kata Hawwaiz yang langsung mendapatkan perhatian dari semuanya hingga dia tersadar dengan apa yang baru saja diucapkan.

"Kamu orang Indonesia?" tanya Heffry dengan terbata karena menahan sakitnya. "Darimana kamu tahu papiku seorang diplomat?"

"Tidak penting darimana saya tahu, yang terpenting sekarang kami harus segera mendapatkan tanda tangan wali Anda untuk tindakan medis selanjutnya," jawab Hawwaiz tegas.

Tentu saja Heffry tidak mengenali wajah tampan Hawwaiz, selain karena mereka belum pernah bertemu, Hawwaiz juga mengenakan masker yang menutupi sebagian wajahnya.

"Tolong jangan beritahu dulu kondisi saya pada Papi, kalau memang harus ada pihak yang menandatangani—" Heffry menghela napasnya sesaat. "Ambilkan handphone saya ada di saku celana."

Hawwaiz, satu-satunya pria di ruangan itu, mau tidak mau mengambilkan gawai yang dimaksud Heffry di saku celananya. Dia lalu memberikannya pada Heffry, tapi suara Heffry lebih dulu menggetarkan membran timpaninya.

"Cari nama Elvira Aldebaran dan tolong hubungi dia untuk datang kemari," kata Heffry.

"Elvira Aldebaran?" tegas Hawwaiz. Dia seolah berpikir sejenak kemudian bertanya kembali pada Heffry. "Keluarga?"

"Calon istri saya."

Kalimat singkat itu jelas memekakkan gendang telinga hingga membuat mimik muka Hawwaiz berubah tanpa perlu jeda. Clara yang mengetahui perubahan itu langsung mengambil alih percakapan yang semula tidak dimengerti olehnya. "Sorry, Sir. I don't understand what you mean. Please speak in English."

"Sorry, please contact Vira for me." Heffry berusaha tersenyum pada Clara yang terlihat bingung dengan percakapan sebelumnya dalam bahasa Indonesia.

Gadis itu segera menatap Hawwaiz dan meminta gawai yang ada di tangannya. "Give it to me, let me contact her."

Hawwaiz memilih meninggalkan Heffry bersama dengan perawat dan Clara yang juga tampak asyik memainkan jemarinya di atas layar gawai milik pria itu.

Tidak lama berselang, Clara tampak mendatangi Hawwaiz di meja jaga karena temannya itu tampak enggan untuk merawat pasien. Yang Clara tahu selama dua bulan hampir setiap hari bersama, itu bukanlah kebiasaan Hawwaiz.

AORTAWhere stories live. Discover now