Aksa memijat pelipisnya pusing. "Gue nanya daritadi. Kalian tau rumah gue dari mana? Perasaan gue belum pernah kasih tau."

"Sebenernya," Ucup menjeda ucapanya. Cowok itu mengetuk dagu seakan berfikir.

"Banyak tingkah," cibir Aksa tak tahan melempar guling yang masih ia genggam ke muka menyebalkan Ucup.

"Anjir," umpat Ucup.

Ucup cengengesan mendapat delikan tajam dari Aksa. Cowok itu tersenyum menampilkan deretan gigi rapinya. "Jadi, sebenernya...."

"Sebenernya apa sih? Gausah bertele-tele." Aksa semakin melotot kesal. Sebenarnya Aksa tidak masalah mereka bermain ke rumah nya. Hanya saja Aksa kepo dari mana mereka mengetahui alamat rumahnya. Setahunya Aksa sama sekali belum pernah memberi tahu mereka.

"Sebenernya,"

"Stop." Dimas yang sedari tadi hanya diam kini angkat suara. Cowok itu kini sudah duduk di samping kepala Indra yang tengah mendengkur. "Sebelum Ucup kasih tau gue mau ngomong," lanjutnya.

"Ngomong apaan?"

Dimas menghela nafas panjang. "Bismillahirrahmanirrahim."

Dutttttt

Keluarlah bunyi dutt panjang dari pantat seorang Dimas. Aksa langsung menjauh. Sedangkan Ucup juga langsung mengapit hidung dengan tanganya.

"Anjing,"

"Bau bangke bangsat!"

Dimas nyengir. Sebelum cowok itu kentut, Dimas sempat sedikit mengangkat pantatnya ke arah wajah Indra. Lihat saja sekarang Indra sudah mulai terganggu.

"Astagfirullah bau apaan ini woi." Mata ngantuk Indra seketika terbuka lebar. Menutup hidung karena merasakan aroma busuk yang tiba-tiba masuk ke Indera penciumannya.

"Sialan lo Dim, makan apaan sih anjir. Kentut lo bau bangke sial," umpat Ucup tak tahan. Rasanya ingin muntah.

"Jijik." Aksa menutup hidung seraya memegang perut hendak muntah. Padahal Aksa sudah menjauh tapi bau itu masih sangat menyengat.

Indra menggeplak kepala Dimas kesal. "Bajingan, gue lagi tidur malah di kentutin. Mana bau banget lagi," semprot Indra.

Dimas tertawa. "Maaf sahabat, sebenarnya tadi gue abis sarapan sama jengkol." Dimas berucap tanpa dosa. Sungguh membagongkan.

Jawaban tanpa dosa dari Dimas langsung dihadiahi pukulan dengan guling oleh Ucup serta Aksa dan Indra yang tak tinggal diam menindih tubuh Dimas. Jadi posisi mereka sekarang Dimas berada di posisi bawah disusul Indra, Aksa kemudian Ucup. Sungguh random sekali keempat manusia itu.

***

Zika menunduk gugup. Dihadapan Aulia, Zika hanya berani memainkan jarinya. Aulia membawa Zika dan Nisa ke depan kamar Aksa. Nisa menyimpan ponselnya ke dalam saku. Memperhatikan Aulia yang terus menatap Zika aneh.

Siapa yang tidak merasa aneh coba? Kemarin-kemarin Zika berniat mengusik Aulia. Dan teman-temanya juga tidak menyukai Zika. Lalu bagaimana bisa Zika sampai ke rumah Aksa?

AULIA [On Going]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz