12. Rasa Yang Mulai Ada

Start from the beginning
                                    

Sementara yang diajak bicara jadi melongo, oniksnya menatap safir Boruto tak percaya. Mengedip lucu, Sarada tak sadar kotak susu coklat dan vanila yang tadi ia pegang sudah raib berpindah ke troli yang Boruto dorong.

"Beneran?"

"Saya laper, Sarada. Cepet selesaikan belanja kamu, saya butuh makan." Boruto memelas, mengelus perutnya yang terasa agak perih karena memang sudah masuk jam makan siang.

Sarada nyengir lebar, menganggukkan kepalanya riang. "Kalo gitu, makasih, Bolt! Kamu mau makan apa nanti?" Sarada bertanya balik, ia paham kalimat Boruto tadi mengode dia untuk meminta makan.

"Terserah, yang penting masakan kamu aja." Boruto memalingkan mukanya, menghindari wajah riang Sarada yang makin lama makin membuat pipinya merona malu.

Gue kalo deket sama Sarada begini, kenapa, sih?

"Lagian ini belanja bulanan terakhir kamu, 'kan? Bulan depan 'kan kamu belanjanya sama saya, habis nikah." Boruto berdeham pelan, membuat Sarada yang mendengar kalimat Boruto jadi berdesir bukan main. Jantungnya berdebar kencang, pipinya merona tersipu senang.

Hari Jumat datang, sudah empat hari Sarada berkutat mati-matian dengan naskahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hari Jumat datang, sudah empat hari Sarada berkutat mati-matian dengan naskahnya. Setelah Senin yang ia habiskan bersama Boruto, hari-hari berikutnya ia lalui untuk mengebut naskah yang kurang tiga bagian itu.

Sarada meminum tehnya, mengunyah mochi yang ia siapkan di meja. Alisnya mencuat saat mendengar bunyi bel.

Siapa yang datang sore menjelang malam begini?

Yodo dan Chocho 'kan datang besok.

Sarada berjalan malas ke arah pintu, setelah menyemprot parfum ke tubuhnya. Tangannya memegang engsel, membuka pintu.

Matanya membulat menyadari siapa yang datang.

"Bolt?"

"Tadaima," sapa Boruto masih mengenakan jasnya. Di tangannya ada tas kertas dengan logo restoran barbekyu yang ada di dekat kantor Boruto.

"Ngapain ke sini?" Sarada mengerjapkan mata kaget. Boruto mengernyitkan dahi, menyerahkan tas kertas yang ia pegang pada Sarada.

"Saya enggak boleh ke sini?" Boruto bertanya balik. Sarada mendesah pelan, menggelengkan kepala.

"Enggak, enggak. Tumben aja dateng enggak ngabarin," balas Sarada lagi, mengambil-alih bungkusan barbekyu itu.

"Pengen aja. Saya males makan sendirian di rumah. Pulang sendirian ke rumah." Boruto tersenyum tipis, raut Sarada sekarang benar-benar lucu sekali!

Oniksnya melongo mendengar jawaban Boruto. Boruto terkekeh pelan.

"Salam saya enggak dijawab?" tegur Boruto lagi, menyadarkan lamunan Sarada.

"Hah? Salam yang mana?"

"Biar saya ulang saja." Boruto mengerucutkan bibirnya, pura-pura ngambek. Sarada yang berada di hadapan Boruto masih menatap Boruto cengo.

Unpredictable Marriage | BoruSaraWhere stories live. Discover now