Aku langsung berjalan menaiki tangga dan masuk ke dalam kelas. Aku meletakan ransel ku di atas meja begitu juga dengan to the bag yang kubawa tadi, aku meletakannya di bawah meja.

"Apa ini kelas ku juga?" tanya Bintang yang duduk di samping ku dan hanya kubalas dengan dehaman saja.

"Sekarang aku mengerti kenapa kalian tidak cocok," jawab Bintang kemudian.

"Dia bukan pacarku." jawab ku langsung.

"Tapi kalian sangat serasi" timpalnya dan aku tidak menanggapi ucapan Bintang.

Aku mengeluarkan earphone-ku dari dalam tas dan memasang nya, kemudian menutup wajahku di meja mencoba menenangkan amarah ku. Hilang sudah mood-ku yang bagus hari ini berkat nya.

Tap

Tap

Tap

Aku mendengarkan langkah kaki seseorang yang sedang memasuki ruangan ini berjalan ke arah ku.

"Apa kau anak baru yang dia sebut?"

Aku tau itu suara siapa, tapi aku tetap tidak ingin melihat mukanya hari ini lagi. Sungguh sangat menyebalkan sekali, baru kali ini aku menemukan cowok yang sok ganteng dan belagu kayak dia.

"Iya" jawab Bintang singkat.

"Ikut aku." Lalu mereka berjalan keluar.

Setelah mereka keluar aku langsung terbangun dari atas meja dan melihat punggu mereka yang pergi meninggalkan ku. Aku memperhatikan kelas yang sudah lama tidak aku liat lagi, keadaanya sedikit kotor dan berdebu. Tapi meja ku dipenuhi dengan coretan-coretan stiker yang menempel di kaki meja. Stiker bunga yang warna-warni menghiasin kaki meja ku. Aku tau siapa pelakunya kalau bukan Elsa lagi.

Aku mengambil handphone dari saku dan menganti lagu yang ingin kudengarkan. Aku berniat ingin mengejutkan Elsa atas kehadiranku tapi sayang sekali, aku sangat bosan hari ini. Aku kembali menelungkup kan wajahku di atas meja dan memandang dinding kosong yang ada di hadapanku. Aku jadi teringat akan rumah dulu yang aku tempati, aku berniat ingin mengunjungi rumah itu kembali melihat keadaanya. Setauku rumah itu masih kosong, aku tidak tau kenapa Papa tidak menjualnya saja karna kalau dipikir-pikir dari pada rumah itu kosong kenapa tidak menjualnya dan mendapatkan keuntungan. Walaupun aku tau nilai rumah itu tak seberapa bagi Papa.

"Cia?" ucap seseorang yang berhasil membuyarkan lamunanku.

"Satria? Tumben datang pagi" jawab ku tersenyum hangat kepadanya.

"Eleh aku juga sering datang pagi kok," Sambil berjalan kearah ku lalu duduk dihadapan ku.

"Eh kau kemana saja seminggu ini, presentasi juga kau gak datang, padahal nih yah kita dapat nilai tertinggi dari buk Sri." timpal Satria dengan semangat.

"Benaran?"

"Iya. Pokoknya nih yah, kau ketinggalan banyak hal deh."

"Gini nih kalau aku gak datang ada saja yah kejadian, fenomena atau apa lah yang mengemparkan sekolah ini." sahutku.

Bagiku Satria adalah teman yang sangat cocok untuk diajak berbincang-bincang dari pada dia. Liatlah seperti sekarang, aku yang tadinya bad mood karena nya sekarang sudah membaik dibuat oleh Satria. Satria sangat cocok untuk teman curhat, jadi tidak perlu ragu lagi kalau Elsa senang berteman dengan nya.

"Jadi kau ke mana saja nih? Seminggu gak masuk sekolah loh," tanya Satria kembali.

"Dari Paris kemarin diajak Papa pulang ke rumah Oma." Jawab ku.

What Is Love? [ On Going ]Where stories live. Discover now