Dia peduli

134 93 19
                                    

Hi!

Semoga kalian masih semangat yah.
Jangan lupa pencet bintang dan kpmentar sebanyak-banyaknya, biar aku tetap semangat.

Happy reading

===========================

Duarrrr

Suara petir!

Belva melihat langit yang sudah gelap yang menandakan  akan turun hujan. Kemudian dia membuka tasnya, lalu mengambil mantel yang dia gulung dan diikat karet.

Belva berdecak sebal sambil merongoh tasnya.

"Bahkan alam ikut bersedih melihatku seperti ini," gumamnya yang sudah sangat ingin menangis.

Belva sudah mau memakai mantel. Namun dia terlambat, karena hujan mulai turun mengguyur wilayah itu.

Seketika Belva menitikkan air matanya lagi dan mendongak ke arah langit membiarkan air matanya menyatu dengan air hujan.

"Aku pengen bahagia, apa itu salah?"

"Yah. Aku tidak membutuhkan mantel ini, yang aku butuhkankan adalah menangis sekarang."

Dia lalu membuang mantel itu kemudian menangis sekencang-kencangnya. Dia tidak peduli sekarang kalau dia basah kuyup dan sakit karena hujan. Itu tidak penting!

Tapi tiba-tiba tubuhnya tidak terkena hujan. Dia mendongakkan kepalanya,  ada yang melindunginya dari hujan memakai payung. Dia kemudian berbalik ke belakang dan melihat seorang laki-laki memegang payung.

Belva mengusap wajahnya yang basah dengan asal. "Kamu siapa?"

"Nggak  perlu tau gue siapa" jawab laki-laki itu lalu memberikan payung itu Belva yang langsung diterimanya.

Laki-laki itu kemudian menunduk dan  mengambil mantel Belva. "ini," lanjutnya memberikannya, lalu Belva menerimanya.

"Kalau lo punya masalah, jangan nangis. Itu akan membuat musuh lo jadi lebih kuat ngeliat lo yang lemah" ucap lelaki itu.

"Lalu aku harus apa? Hah...." tanya Belva menangis.

Laki-laki itu tersenyum, "Lakukan apapun. Seperti berteriak seperti orang gila, tapi di tempat yang sepi ... jangan di tempat ramai, bisa-bisa orang katain kamu gila beneran lagi."

Belva berdecih dan tersenyum mendengarnya.

"Kamu kira aku orang yang bodoh, hah?"

"Memang lo bodoh kan, sampai nggak berfikir kalau hujan bisa buat lo sakit. Apalagi sekarang ada petir" balasnya

"Kalau memang nggak kuat sama masalah lo, dan mau mati perlahan dengan siksa diri sendiri, lebih baik pegang kabel listrik yang telanjang noh. Kan langsung mati lo, nggak tersiksa" sambungnya menunjuk kabel listrik.

"Kamu kok bilang yang nggak benar. Harusnya kamu tuh nasehatin aku atau apa kek" kesal Belva

"Nggak mempan pasti."

Belva diam karena itu memang benar.

"Oh iya. Kalau kamu memang punya banyak masalah beli balon yang banyak. Kalau bisa satu kardus" tawarnya sambil memegang pundak Belva

"Buat? "tanyanya menyergit.

"Buat kamu tiup kalau lagi marah, sebal, sedih, sakit hati atau apalah. Mungkin kamu akan merasa lebih baik" usulnya yang membuat Belva melongo.

"Dan kamu tau aku juga pernah ngelakuin hal yang sama. Aku meniup lima balon sekaligus sampai pecah untuk menghilangkan rasa marahku." lanjutnya lalu pergi.

Why Should Be Me [ Tamat ]Where stories live. Discover now