Miris

271 130 76
                                    

Hi! Jangan lupa vote dan komentar yah.

Selamat membaca!


_
_
_
_
_
_

Pagi hari kicauan burung berbunyi, dan aroma tanah yang sudah terkena embun malam menembus indra penciuman seorang gadis yang masih stay di dalam selimutnya untuk menghangatkan tubuhnya.

Kriengggggg!

Suara jam weker berbunyi. Terpaksa gadis di dalam selimut itu menggeliat dan berusaha untuk meninggalkan bantalnya. Dia duduk lalu mengucak matanya kemudian mematikan alarm.

Dia kemudian beranjak ke kamar mandi untuk bersiap-siap untuk pergi menimbah ilmu. Setelah mandi dan memakai seragam, dia berdiri di depan cermin untuk merapikan penampilannya.

Dia mengikat rambutnya ke belakang dengan karet gelang lalu memakai sedikit bedak baby. Dia lalu memakai kaca matanya dan memperbaiki letak tag namenya.

Tertulis Belva Amaria.

Setelah selesai, Belva segera turun dan ke lantai bawah dan bergabung ke ruang makan.

"Pagi" sapa Belva saat menarik kursi.

Semua diam. Tapi Salsa tersenyum manis padanya dan diam-diam memberikan jempol. Senyum Salsa selalu membuatnya semangat karena hanya Salsa yang selalu mendukungnya di rumah ini.

Prankkk!

Sella, ibu Salsa dan Belva membanting sendok di atas meja membuat Salsa dan Belva tersentak. Sedangkan Raymon ayah mereka hanya bersikap santai.

"Mama kenapa?" tanya Salsa.

"Nggak nafsu" jawab Sella sambil melihat ke arah Belva lalu meninggalkan meja makan.

Belva menunduk merasa bersalah. Dia terpaksa ikut bergabung, karena perutnya sangat lapar.

Setiap hari memang hal seperti itu biasa terjadi jika dia bergabung sarapan bersama. Kedua orang tuanya tidak menyukainya dari dulu, dan entah apa alasannya. Dia tidak tau.

"Ingat, pulang sekolah langsung pulang!" ucap Raymon pada Belva dengan suara tinggi.

"Iya, Pah" sahutnya mengangkuk.

"Pah. Salsa izin ke rumah teman pulang sekolah yah, Pah," kata Salsa

"Iya. Tapi jangan pulang kemalaman," balas Raymon tersenyum sambil mengelus kepala putrinya itu.

"Salsa janji"

Belva hanya bisa diam, karena walaupun meminta izin seribu kali pun, dia tidak akan pernah mendapatkan izin. Malah dia akan mendapatkan makian.

Hah ... menyebalkan memang.

Setelah menyelesaikan sarapan paginya, mereka langsung bergegas ke depan rumah. Tapi sebelumnya, Salsa diberikan uang jajan oleh ayahnya. Sedangkan Belva tidak.

Belva hanya bisa menghela nafas karena memang setiap hari memang seperti itu. Belva tidak pernah di berikan uang jajan oleh Papa dan Mamanya. Tapi Kakeknyalah yang selalu mengiriminya uang setiap bulannya secara sembunyi-bunyi melalui Pak Radit, satpam rumah mereka.

(====)

Sedangkan di tempat lain, di sebuah taman belakang rumah, terdapat wanita paruh baya yang sedang terduduk dengan tatapan kosong memandang bunga-bunga yang tumbuh dengan sangat terawat.

"Pah."

Panggil seorang anak laki-laki yang menghampiri ayahnya yang bersandar di pintu.

Pria paruh baya itu menghela nafas beratnya. "Ada apa?"

Why Should Be Me [ Tamat ]Where stories live. Discover now