4 - Four

374 230 370
                                    

Sudah pagi gini Alev masih belum bangun?
Naura segera pergi ke kamar Alev.

Sepulang Naura dari toko tadi malam, ia tidak di sambut Alev, mungkin saja putrinya itu sudah tidur di kamarnya. Naura pun memastikan mengecek Alev di kamar, dan benar, Alev sudah terbaring pulas dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Tapi tumben-tumbennya jam segitu Alev sudah tidur.

Naura menarik selimut yang masih melingkupi seluruh tubuh Alev. "Hari ini kamu sekolah, sayang. Tanggal merahnya kan cuma sehari, kemarin aja," Naura menoleh ke jam Weker yang berada di nakas, "tu, udah jam 06:25, masih ada waktu buat mandi sama sarapan, yuk bangun!"

Alev merintih dengan mata masih tertutup. Wajahnya seketika memucat.

Naura bergerak cepat meletakkan telapak tangganya ke dasar kening Alev. "Astagfirullah," Naura meraba seluruh tubuh Alev yang terasa panas, demamnya tinggi sekali. Naura lekas berlari ke bawah meminta bantuan kang Jojo untuk membawa Alev ke rumah sakit.

•••

Rumah sakit.

Naura dan kang Jojo tengah menunggu di depan ruang UGD.

Silam beberapa menit di dalam, Dokter pun keluar.

Naura bergerak mendekat ke dokter, begitu pun kang Jojo.  "Bagaimana keadaan putri saya, dok?" Tanya Naura gelisah.

"Sebenarnya tidak ada yang perlu di khawatirkan. Putri ibu hanya demam tinggi, tapi kondisi tubuhnya sangat lemah, untuk itu saya sarankan putri ibu agar di rawat inap sampai kondisinya pulih dan membaik." Kata dokter memberitahu dan menyarankan.

"Boleh, boleh, dok." Jawab Naura cepat menyetujui.

•••

Kini Amor menikmati permainannya.

BRAK!!!
Amor menyeret Bara dan melemparnya ke tumpukan kursi yang tersusun tinggi di gedung belakang sekolah.

Mereka sekarang berada di gedung belakang sekolah.

Belum saja berdiri sempurna, Amor dengan bergairah menarik kerah baju Bara dan melayangkan kepalan tangannya ke wajah Bara. Tepat sasaran.

Bara tergeletak sadar di tumpukan kursi dengan darah di pinggir bibirnya. Punggunya terasa ngilu seperti di jatuhi hujan kayu.

Bara menyeringai, mengusap asal darah di bibirnya. "Gak usah munafik, lo. Lo juga setan!" Pekik Bara.

"Lebih setanan lo!" Amor memekik lebih keras.

"Baru gua grepe-grepe, belum gua..."

BUK
BUK
BUK
BUK

Jangan harap Bara bisa bicara lagi setelah Amor menonjokinya seperti orang kesetanan.

Laki-laki kaya gini mau betingkah? Harusnya punya nyali dulu, ini baru di tonjok udah gak bisa ngapa-ngapain lagi.

Di sela keberingasan Amor menonjoki Bara, ada satu siswa nakal hendak ngerokok yang tak sengaja melihat Amor dan Bara di gedung belakang sekolah, siswa itu pun bergegas pergi memberitahu guru dan siswa/siswi setelah melihat kegilaan Amor.

Silam beberapa menit, siswa tadi datang bersama guru dan rombongan siswa/siswi ke gedung belakang sekolah.

Wajah Bara sudah bersimbah darah, Amor benar-benar menghajarnya habis-habisan tanpa ampun.

Guru dan siswa turun tangan bergerak langsung menahan Amor. Bara tergelatak setengah sadar, wajahnya sudah tak terlihat lagi karena berlumur darah.

•••

ALEV (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang