Ervan juga mengangguk sambil tersenyum padaku, aku beralih menatap putri kecilku yang tertidur di sampingku. Aku sedikit memiringkan badanku secara perlahan kemudian mencium kening Bee.

     "Mama kangen banget sama Bee, maaf ya gk bisa nemanin Bee."

[ERVAN POV]

     Aku tersenyum melihat interaksi antara Bella dan Bee. Aku membayangkan pasti hidupku akan bahagia jika aku menjadi suami Bella saat ini, sayangnya itu sama sekali tidak mungkin karena Bella sudah memiliki seorang suami, dan sepertinya Bella begitu mencintai lelaki itu hingga merelakan mendonorkan beberapa persen organ hatinya.

     Jujur, mengingat itu sungguh membuat hatiku tersentil.

     Cemburu? Right.

     "Ini Bel, aku beliin bubur." kata ku pada Bella sambil menyerahkan kotak berisi bubur. Aku membelikan Bella bubur tanpa ada penyedap karena kondisi Bella masih belum stabil.

     Bella mengangguk ragu. Aku tahu, dia pasti sangat tidak enak diperlakukan seperti ini oleh diriku. "T-terimah kasih Ervan. Maaf menyusahkanmu."

     Aku sangat menyukai senyum Bella. "Kamu tidak merepotkan sama sekali Bel." jawab ku. Aku melirik ke arah Bee yang masih terlelap. Aku sangat menyayangi anak istimewa itu. Kemudian kulihat Bella mulai memakan bubur yang kuberikan, terlihat jelas dari wajahnnya kalau wanita manis itu tidak suka dengan bubur hambar itu.

     Aku beralih menggendong Bee kembali, aku mencium perlahan pipi gembil anak itu. Ya tuhan, aku tidak sabar ingin mempunyai anak selucu Bee. Tapi dengan siapa?

     "Ehm, Ervan. Aku taruh dulu ya buburnya, nanti aku pasti akan memakannya lagi. Suer." kata Bella dengan senyum memerkan deretan giginya.

     Benarkan? Setiap dia tersenyum, detak jantungku rasanya ingin copot. Senyum itu mengingatkan ku pada Bella kecilku yang manis. Beberapa tahun aku tidak bertemu lagi denganya, banyak sekali perubahan pada Bella. Entahlah aku melihat tidak ada binar kebahagiaan dimatanya.

     "I-iya tidak papa." dan seketika aku juga menjadi gugup.

     "Ervan, bolehkah aku menyusui Bee. Kasihan dia, tidak kuberi asi selama beberapa hari."

      Aku menggeleng cepat. "Jangan dulu Bel, keadaanmu masih belum stabil. Tenang saja, Bee kemarin sudah ku beri susu formula kok."

     "Ya tuhan, aku tidak tahu lagi caranya berterimah kasih padamu Er. Kamu sangat baik."

     Melihat Belle seperti itu membuatku tanpa sadar aku mengusak pelan surai Bella. Kesadaran ku pun kembali karena melihat wajah Bella yang terkejut, dengan segera aku menarik kembali tangan ku dari kepalanya.

     "M-maaf Bel."

     Bella mengangguk maklum. "Tidak papa Er. Hmm aku ingin menggendong Bee. Boleh ya. Aku sangat merindukan Bee."

     Aku menghelas nafas lega, Bella tidak marah atas sikapku. Lalu dengan terpaksa aku memberikan Bee pada Bella dengan perlahan. Aku sangat mengkhawatirkan kondisi Bella.

     "Jangan terlau menekan, nanti bis-" belum selesai aku bicara, suara dering ponsel membuatku berhenti berbicara.

     "Angkat aja Er, aku baik-baik saja kok."

     Aku mengangguk, kemudian mengangkatnya. Ternyata itu adalah panggilan dari dokter 'Mawar'. Dokter mawar mengatakan bahwa aku ada jadwal oprasi. Aku melupakan satu hal penting itu.

     Segera aku mematikan ponselku kemudian berjalan ke arah Bella. "Bel, aku ada jadwal operasi. Maafkan aku harus meninggalkanmu untuk sementara waktu."

DESTROYEDWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu