CVC 21. Memandangmu

147 14 0
                                    

Gabriel sebenarnya mendapatkan nomor Elliana dari ibunya. Ia tidak pernah menanyakan secara pribadi atau mengambil dari data pegawai. Karena nomor Aaron diblokir Elliana, ia lah yang menelepon gadis itu. Elliana tidak mengetahui ada telepon masuk karena ponsel selalu dalam mode silent dan ia sedang sibuk menyanyi bersama teman- temannya. Elliana mendapati pesan dari Gabriel setelah lewat sekitar 30 menit dari jam pesan itu terkirim.

[Kamu di mana?] tanya Bapak Gabriel.

Elliana keluar ruang karaoke agar bisa menelepon bos barunya itu. Dia berdiri bersandar ke dinding selasar temaram. Gabriel langsung menjawab teleponnya. "Maaf, Pak, saya baru baca pesan Bapak. Ada apa, Pak mencari saya?"

"Aku mau mengembalikan sepatumu," sahut Gabriel.

Elliana langsung merasa bersalah. "Eeeh, tidak usah, Pak, ambil aja," sahutnya.

Nada suara Gabriel meninggi. "Maksud kamu??"

"Maksud saya ... tidak usah dikembalikan, Pak, Buang aja gak papa."

"Elli ...!" geram Gabriel.

Elliana tergagap berujar lagi. "Sa-saya takut Bapak marah dan ... dan balas dendam ... atau menghukum saya ...."

"Janji, aku gak bakalan marah atau menghukum kamu soal ini," sahut Gabriel dengan nada suara yang lebih menenangkan. "Jadi, kamu di mana?"

Elliana bisa bernapas lega. "Saya di Karaoke Happy, Pak."

"Share loc. Saya ke sana sekarang juga!"

Elliana menuruti suruhan Gabriel lalu ia masuk ke dalam room lagi dan memberitahu teman- temannya. "Gaes, gaes, aku baru dapat kabar Bapak Gabriel menuju ke sini!"

"Hah? Seriusan? Sama Bapak Aaron?" geger teman- temannya.

Elliana baru terpikir, tetapi sangat kecil kemungkinan Aaron akan ikut karena pria itu punya 'jam malam'. "Wah, aku tidak tanya tadi," gumam Elliana, "tapi bodo amat lah, kayaknya Bapak Gabriel sebentar aja. Mau balikin sepatuku, katanya."

"Oooh, ya udah, deh!" Mereka lalu lanjut karaokean sampai jatah jam habis.

Mobil sedan hitam yang dikemudikan Gabriel tiba di Karaoke Happy setelah Elliana dan teman- temannya selesai acara mereka. Beberapa sudah naik jemputan masing- masing. Elliana melambaikan tangan di teras gedung mentereng dengan aneka lampu warna- warni itu, melepas kepergian teman- temannya. Ia mengenakan sandal jepit karet yang dibeli dadakan, sementara sebelah sepatunya disimpan dalam kantong plastik.

"Makasih ya, Ell. Jangan jera, yah! kapan- kapan lagi kita makan di luar lagi, ya!"

"Ya, sama- sama. Dadah. Hati- hati ya ...!"

Gabriel dan Aaron turun dari mobil dan berjalan kaki ke emperan itu. Menyapa Elliana dan sisa 3 orang temannya. "Wah, kalian sudahan?" ujar Aaron. Keempat orang itu terpana melihat duo atasan mereka datang sungguhan, bukan sekadar lewat. Elliana terpana karena tidak menyangka Aaron juga ada. Apa kencannya sudah berakhir atau ia belum menemukan teman kencan yang diinginkannya? Wajah Elliana mengeras. Gabriel memahami ekspresi wajah Elliana itu.

"Eh, iya, Pak, kami cuma booking 3 jam," sahut Wiwi. "Besok 'kan masih kerja, jadi gak berani lama- lama di luar."

"Ooh, bagus. Perhatian juga kalian, ya pada kerjaan," imbuh Aaron.

"Iya, dong, Pak. 'Kan kami ngikutin Bapak, ada jam- jam khusus buat having fun dan tidak melewati jam malam."

Aaron mangut- mangut semringah. "Bagus! Bagus!"

Mobil jemputan Wiwi dan temannya sudah tiba. Mereka pamit pulang. "Kami duluan, ya, Pak. Ell, makasih ya, buat malam ini. See yaa tomorrow!"

"Ya, ya, silakan!" Aaron berlagak berwibawa dan perhatian pada karyawannya.

Cassandra VS Cassanova (END)Where stories live. Discover now