CVC 10. Money Is The Antheme of Success

269 23 4
                                    

Debaran jantung Aaron bertambah cepat selaras laju aliran darahnya. Melihat punggung terbuka Cassandra yang tidak terlihat kaitan bra. Gadis itu mengenakan push up bra tanpa tali, berarti gundukan dadanya cukup kenyal untuk diremas. Bayangan melakukan itu membuat tuan muda Aaron menegak dan memanjang beberapa senti. Cassandra mendesah seraya menyibak rambut panjangnya yang tergerai, lalu merapikannya dengan jari. Gerakan sederhana yang membuat lelaki mana pun tergerak perasaannya. Aaron hampir menyuruh Cassandra mendekat untuk mengamati tuan mudanya lebih lekat, akan tetapi Gabriel datang membawakan pesanannya.

Gabriel agak tercengang, selain melihat tubuh bugil Aaron, ia lebih terkejut melihat Cassandra dalam pakaian mini dan belahan da.danya terpampang. Gadis itu membungkuk melepas sepatu hak tingginya, membiarkannya tergeletak begitu saja. Kaki halus berbalut stoking hitam berjalan ke arahnya, melenggok anggun lalu tanpa ragu mengambil rak kopi di tangannya dan sekotak rokok dari dalam kantong belanja.

Gabriel membelikan 4 cup minuman es kopi. Cassandra meletakkan rak itu di nakas lalu mengambil satu. "Terima kasih!" ucap Cassandra pada Gabriel lalu tanpa ragu mencobloskan sedotan ke tutup cup dan segera menyeruput minuman tersaji dingin itu. Sekali isapan Cassandra nyaris menghabiskan isi 1 cup. Ia mendesah panjang, sambil mengusap lehernya dan terpejam nikmat, merasa sangat lega rasa hausnya tertangani. Para lelaki memandang terpana pada ekspresi mengundang yang dibuatnya.

Cassandra meletakkan minumannya lalu mengeluarkan sebatang rokok dari kotak dan menggigit di sela bibirnya. Bibir merah ranum itu tersengir angkuh. Banyak pria 'mengaku' tidak suka perempuan merokok, justru itu yang diinginkan Cassandra, agar Aaron kehilangan minat padanya. Cassandra meraba pinggang gaunnya karena kebiasaan mengenakan celana berkantong. Cassandra ke kursi untuk merogoh tasnya. Ia mencari macis, tetapi tidak menemukannya. "Apa kalian punya macis?" tanyanya pada Aaron dan Gabriel.

Aaron yang tidak merokok menggeleng pelan. Ia masih terpana pada sikap memprovokasi Cassandra. Gadis itu mulai bersikap menguasai situasi.

"Ah, sebentar!" seru Gabriel seraya merogoh saku celananya. Macis yang dibeli sekalian membeli rokok disimpan di sakunya. Alih-alih menyerahkan macis itu, Gabriel menyalakannya untuk Cassandra. Gadis itu tinggal menyodorkan ujung ro.koknya ke lidah api, lalu menyesap udaranya sehingga membara dan asap putih beraroma segar berembus dari sela bibir merah menggoda. Asap tipis menyapu wajah Gabriel.

Cassandra menjauhinya. Ia kembali ke lukisannya, bersedekap menatap lekat kanvas, dengan santai ia menyeruput ro.koknya berkali- kali sehingga ruangan itu mulai beraroma campuran tembakau, cengkeh, dan mentol.

Membuka baju membuatnya bisa bernapas lega. Kopi dan ro.kok membuatnya bisa berpikir keras. Cassandra mendapatkan konsentrasi tingkat tingginya. Sekarang Aaron maupun yang lainnya tidak akan mengganggunya lagi. Ia butuh sedikit pembangkit suasana. "Bisakah aku menyalakan musik ke pengeras suara?"

"Tentu," jawab Aaron lalu menyambungkan wireless speaker-nya ke ponsel Cassandra dan ruangannya segera pe.kak oleh lagu yang dibuka dengan suara biola mirip lagu klasik. Tampaknya lagu National Anthem(*)-nya Cassandra. Gadis itu segera terhanyut dalam dunianya sendiri.

Suara lembut sen.sual penyanyi perempuan merapalkan syair.

Money is the anthem of success
Uang adalah lagu kesuksesan

So before we go out, what's your address?
Jadi sebelum kita pergi, di mana alamatmu?

Cassandra menurunkan kanvas gambar sketsa hitam putih wujud Aaron dan sekitarnya, merentangkan kanvas itu di lantai, lalu ia sendiri berlutut di hadapan lukisan itu. Menggambar garis tegas di atas segalanya.

I'm your national anthem

- Aku adalah lagu kebangsaanmu

God, you're so handsome
- Tuhan, kau sangat tampan

Cassandra VS Cassanova (END)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin