Hukuman Kecil

2.3K 303 83
                                    

Halilintar memacu motornya melewati Taufan dan Gempa. Dia tidak peduli dengan teriakan orang-orang karena dia ugal-ugalan di wilayah sekolah. Lagian peduli apa dia, sekolah ini milik keluarga Aldebaran. Jadi buat apa dia khawatir jika 'sedikit' membuat masalah di sekolah. Setidaknya, sosok Ayahnya itu ada gunanya.

"Gem, Abangmu itu kenapa? Patah hati?"

"Abang tanya saja nanti dengannya. Dia teman Bang Taufan, bukan?"

"Tapi kamu kan adiknya Gem!"

"Abang tahu sendiri kami jarang bicara. Abang lupa?"

Ya, Taufan hanya sekedar tahu bahwa Halilintar dan Gempa bersaudara. Namun, sampai saat ini Taufan tidak tahu bagaimana hubungan mereka berdua. Dia hanya tahu bahwa Halilintar tidak pernah sekalipun berbicara dengan Gempa di sekolah dan begitu juga sebaliknya. Selain itu, Taufan menilai bahwa Halilintar memang tipe saudara yang cuek sehingga dia tidak terlalu ambil pusing dengan sikap Halilintar terhadap Gempa.

"Iya juga sih. Kamu kok betah sih punya saudara sedingin Halilintar? Coba masukin ke microwave, mana tahu bisa hangat."

Gempa tertawa kecil. Setahu Gempa, Taufan sudah berteman tiga tahun dengan Halilintar. Tapi sungguh dia tidak percaya bahwa Halilintar benar-benar bersikap terbalik jika berada di luar rumah. Halilintar benar-benar menjaga seluruh privasi miliknya.

"Bang Taufan hanya belum tahu sikap Bang Lintar itu seperti apa," kata Gempa sembari tersenyum.

"Maksudmu Gem? Dia lebih dingin lagi?"

"Bukan itu, sudahlah. Jangan dibahas. Lagipula, apa cuma Gem yang ngerasa Abang bawa motor ini pelan-pelan? Bahkan daritadi kita belum sampai gerbang sekolah."

Taufan terkekeh, padahal dia sudah merasa senang bahwa Gempa tidak sadar jika dia mengendarai motor matic-nya begitu pelan. Kapan lagi bisa naik motor bareng dengan buntelan lemak kebanggaan Galaxy High School? Bahkan banyak orang yang rela mengantri demi mengantar jemput Gempa setiap harinya.

"Hanya perasaanmu saja, Gem."

Disisi lain, koridor yang awalnya cukup ramai itu kini tiba-tiba sunyi senyap karena Halilintar berjalan dengan aura yang begitu mencekam. Para siswa yang lain langsung memberikan jalan lebar-lebar untuk Halilintar. Mereka tidak mau membuat sosok yang terkenal dingin itu mematahkan satu per satu tulang mereka karena telah membuat Halilintar kesal.

"Pagi-pagi itu harusnya senyum, bukan ditekuk gitu. Tapi sih, untuk lo memang beda ya, muka lo abis bangun tidur atau di gimanain aja masih banyak yang demen. Beda banget sama gue yang kentang berjamur ini," kata seorang pemuda berkacamata visor berwarna jingga itu. Siapa lagi kalau bukan Solar Revano Hexalion. Satu-satu orang yang berani mencari masalah dengan Halilintar. Satu-satunya rival yang sebanding dengan Halilintar di Galaxy High School.

"Minggir, atau gue pindahin lo ke alam lain."

Halilintar mendorong tubuh Solar agar tidak menghalangi dirinya masuk ke dalam kelas. Mood nya sedang tidak bagus sekarang. Jangan mengganggu Halilintar.

"Santai, Hali. Gue tahu kalau gue itu ganteng, jangan tunjukkan bahwa lo benar-benar iri sama gue," kata Solar sembari memperbaiki kacamatanya.

"Whatever!"

Halilintar langsung duduk di kursi miliknya. Halilintar hanya ingin menenangkan pikirannya saja. Lagipula jika Gempa tidak keras kepala dan langsung memeluk Halilintar, maka Halilintar tidak akan mengebut di jalanan. Ini semua salah Gempa. Ya, Gempa yang salah, bukan Halilintar. Halilintar tidak pernah salah dan tidak akan pernah.

"Selamat Morning kalian! Gue nyontek tugas dong! Buruan! Gue sibuk, nih!"

Taufan datang sembari mendobrak pintu kelasnya. Disisi lain Gempa mengekori di belakangnya dengan membawa beberapa buku.

Gempa tidak sekelas dengan Halilintar. Halilintar adalah siswa tingkat akhir, sedangkan Gempa masih kelas XI. Dia hanya mampir untuk memberikan buku milik Halilintar yang tertinggal. Halilintar terlalu bersemangat untuk berangkat bersama Gempa sampai-sampai dia tidak sadar bahwa buku miliknya belum dimasukkan ke dalam tas.

"Lo datang pagi-pagi cuma buat contekan, doang? Sungguh mulia sekali dirimu, Setan!"

Namun, Solar tetap memberikan buku tugasnya kepada Taufan. Selama Taufan tidak merebut fans miliknya, Solar akan senang hati membantu Taufan. Lagipula, terkadang Taufan bisa dijadikan babu yang cocok jika Solar malas ke kantin.

"Itu termasuk pujian atau nggak sih? Kenapa pake setan sih? Gue kan dajjal!"

Taufan tidak terima diberikan gelar setan oleh Solar. Bagaimana dia disandingkan dengan seekor setan? Kasta dia lebih tinggi dari setan! Catat itu.

Disisi lain, Gempa berjalan menuju Halilintar. Namun, Gempa tidak tersenyum sedikitpun. Nampaknya Gempa benar-benar marah dengan Halilintar. Dia meletakkan buku milik Halilintar di meja itu tanpa sedikitpun berbicara dengan Halilintar. Tidak ada senyuman hangat yang biasanya Halilintar terima setiap harinya di sekolah walaupun mereka sangat jarang berbicara.

Halilintar menatap sendu Gempa. Tatapan matanya seolah berkata bahwa dia meminta maaf kepada Gempa. Ya, dia memang tidak bisa marah dengan Gempa. Lagipula memang dia yang salah tapi seharusnya Gempa tahu kenapa Halilintar seperti itu. Dasar tidak peka!

Gempa hanya menatap datar Halilintar. Dia sama sekali tidak berniat untuk mengucapkan sepata kata pun untuk Halilintar. Halilintar harus dihukum karena telah membuatnya hampir menangis karena saking takutnya dia menjemput ajal dengan tiket mengebut di jalan bersama Halilintar. Gempa berbalik, lalu berjalan menjauhi Halilintar.

"Bang Solar, Bang Taufan, Gem ke kelas dulu ya!"

'What?! Gempa bahkan nggak bicara sama gue! Tapi mau bicara sama dua curut itu?! Lo memang cari mati sama gue, Fan!'

Halilintar mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia membiarkan Gempa keluar dari kelasnya. Setelah itu, aura ruangan itu benar-benar berubah seketika.

"Sol? Apa cuma gue yang ngerasa kalau kelas ini makin dingin?"

"Entahlah. Perasaan lo aja kali. Gue biasa aja," kata Solar santai sembari men-scroll layar ponselnya.

Halilintar menepuk pelan pundak Taufan.

"Fan, nanti gue traktir makan di kantin. Lo juga Solar. Nggak ada penolakan."

Setelah itu Halilintar juga keluar dari kelas itu. Meninggalkan Solar yang senang karena akan ditraktir oleh Halilintar dan Taufan yang berkeringat dingin karena dia merasakan firasat buruk.[]

╔ 《To be continued》 ╝

Childish | ✔Where stories live. Discover now