Gentar lepas dari cekalan Fiki dan kembali menyerang Ganang. Seperti itulah Gentar.

Ya, semua orang tau kalau Gentar selalu memprioritaskan kebahagiaan teman-temannya, tetapi kalau menyangkut baku hantam beda cerita.

Orangnya memang tenang tetapi kalau sudah emosi susah dikendalikan. Sekalipun temannya yang ia hajar habis-habisan, ia tidak peduli.

"GELUD TERUS AJA LO BERDUA SAMPE SALAH SATU MASUK ICU!" teriak Fiki sudah lepas tangan. Napasnya ngos-ngosan melerai keduanya tapi tidak ada hasil.

"Mulut lo gue sundut pake bara rokok mau, Ki? Kalo ngomong jangan macem-macem napa sih?" Adi menabok bagian belakang kepala Fiki.

"Oh lo mau ngajak ribut juga?" Fiki bertanya seraya melipat lengan kemejanya ke atas dan mengangkat dagunya angkuh. "Ayo, kita juga gelud!"

Melihat perkelahian Gentar dan Ganang tidak kunjung berhenti ditambah Fiki dan Adi yang dari tadi adu mulut terus, Zio langsung memgambil bangku plastik di dekatnya dan melempar ke dinding hingga menimbulkan suara yang cukup keras. Suara itu sukses membuat mereka berhenti dan menoleh ke arahnya.

"Kenapa berhenti? Ayo lanjutin! Hilang akal lo pada? Mau hancurin tongkrongan ini?" hardik Zio.

Anggota Perganta yang lain pun langsung menjauhkan Ganang dari Gentar. Kalau tidak nanti pasti akan berlanjut perkelahiannya.

"Lo kelarin sama gue aja. Gue tau lo kenapa bisa kalap begini," ujar Zio pada Gentar lalu menuju area luar Tongkrongan Perganta.

"Kali ini gue akui Zio kalo serius begitu lebih serem daripada kalo lagi marah," ujar Adi berbisik, lalu Fiki menganggukinya.

"Bangun Gen, selesein masalah lo dulu," ujar Fiki membantu Gentar untuk berdiri.

Gentar berjalan sempoyongan mengikuti Zio ke belakang. Sesekali tangannya terangkat untuk mengusap darah yang mengalir dari salah satu lubang hidung dan juga sudut bibirnya.

"Azkira denger obrolan lo di sekolah tadi. Lo bilang kalo masih sayang sama Jella. Azkira sakit hati. Dia pikir lo cuma mau mainin dia, mainin perjodohan keluarga lo berdua. Azkira marah sama lo karena itu," urai Zio tidak mau basa-basi.

"Gue sayang sama Jella?" gumam Gentar mengingat di mana ia mengatakan itu. Setelah ingat, ia pun mendesah pelan.

"Azkira salah paham," kata Gentar yakin seratus persen. "Dia dengernya nggak sampe selesai."

Zio berbalik badan dan menaikkan sebelah alisnya. "Maksud lo?"

"Tadi gue lagi ngobrol sama Ganang, Fiki, Adi. Gue cerita alasan gue belum nembak Azkira. Gue juga bilang kalo gue masih sayang sama Jella, tapi cuma sebatas pernah pacaran aja. Fokus gue sekarang cuma ke Azkira, nggak ada yang lain," jelas Gentar lalu terkulai lemas di tanah.

Gentar memejamkan matanya dan meringis perih kala tidak sengaja membenturkan kepalanya ke pintu.

"Tolong anter gue ke rumah Azkira gue mau minta maaf ke dia," ujarnya sembari melempar kunci motor ke Zio.

"Tampilan lo kacau begini mau ketemu Azkira?" tanya Zio menggelengkan kepalanya heran.

"Besok aja dah lo nggak usah maksain diri begitu. Azkira juga butuh waktu sendiri."

"Lo seneng gue ribut sama dia?" Gentar mendongak.

"Jelas. Gue jadi punya peluang buat deketin dia. Mau apa lo?" sahut Zio tidak ada takutnya sama sekali pada Gentar, pentolannya Perganta.

"Jingan," umpat Gentar pelan dan memilih diam daripada meladeni Zio, karena tidak mungkin Zio serius dengan ucapannya. Zio sudah punya gebetan 'kan?

GENTAR [END]Where stories live. Discover now