18) Nadia Kecelakaan

Mulai dari awal
                                    

"Pesona Adia emang enggak bisa dikalahkan, Lang. Gue yakin sih kalau si Adia enggak bucin pasti enggak bakalan tahan sama lo. Saingan lo berat-berat cuy. Anak direktur, anak dokter, anak dosen, anak anggota DPR. Pusing deh gue nyebutinnya."

"Yang penting Adianya milih gue," sahut Langit membuat Fajar bungkam.

"Itu sih Adianya, bapaknya gimana?" Itu suara Darel.

Langit menatap Darel tajam. "Enggak usah ngomong lo!" sewotnya.

Darel terkekeh. "Canda doang elah. Sebenarnya nih ya keluarganya Adia itu enggak ribet dan enggak pemilih. Mereka gitu ke lo karena lonya emang keterlaluan ke Adia."

"Gue tahu," ujar Langit malas, "jangan diungkit kali, gue lagi berusaha berubah," sambungnya.

Fajar dan Darel saling tatap dan saling tersenyum.

"Iya-iya Kang berjuang," ujar keduanya kompak.

Ting!

@Ad_myesha mention you

@langitpandawa_ enggak papa kan aku sama dedek emesh dulu?

Langit membelalakan matanya. Apa-apaan ini? Adia me-repost snap Andrew tak lupa Adia juga menyertakan dirinya di snap itu.

Berani selingkuh, gue nikahin!

Langit menyeringai membaca ulang balasan atas snap Adia itu.

Fajar dan Darel cekikikan, Langit tentu menoleh dan ternyata keduanya itu mengintip apa yang Langit lakukan.

"Cieee cemburu cieee," goda Fajar seraya menoel pipi Langit membuat Langit menepisnya.

***

"Sekian pembelajaran hari ini. Jangan lupa kerjakan PR-nya. Sampai ketemu Minggu depan."

Semua murid XI-IPS-1 langsung gaduh kala guru sosiologi mereka keluar kelas. Akhirnya mereka bisa bernafas lega.

"GUE DULUAN YO!!" teriak si ketua kelas tak lupa juga komprotannya yang berdiri di belakangnya.

"Sana balik mah balik aja enggak usah banyak drama!" sinis Nabila. Nabila sedang berselisih paham dengan ketua kelasnya itu.

Alih-alih marah justru sang ketua kelas itu mengedipkan matanya genit ke arah Nabila tak lupa kiss bye pun dia lakukan membuat Nabila bergidik ngeri.

"Kayaknya cowok yang berani ke gue itu emang cowok sengklek semua. Enggak si Fajar, enggak si Fadil. Sama aja!" gerutu Nabila seraya memasukkan bukunya ke tas dengan kasar. Dia masih diselimuti emosi.

"Jodoh kali," ujar Jessica spontan.

"Najis! Mit-amit sepuluh turunan, elah. Kagak ada yang bener sumpah. Kalau yang ngincer Adia enak. Ketua basket, ketua OSIS, anak olimpiade, anak voly. Mana ganteng-ganteng lagi, berkarisma lagi."

"Katanya kan jodoh itu cerminan kita. Makanya perbaiki diri dulu aja biar dapat yang baik juga," ucap Dara menasehati.

Nabila cemberut. "Tau ah, gue balik. Bye!"

Jessica, Dara dan Adia terkekeh. Nabila itu memang unik, susah ditebak.

"Yaudah gue juga duluan, ya, Ad, Dar."

Adia dan Dara mengangguk kompak. "Hati-hati," ujar keduanya diacungi jempol oleh Jessica.

"Mau pulang sama Langit?"

Adia menggeleng. "Enggak tahu sih. Aku takut nanti Langit dimarahin bang Evan. Bang Evan itu udah punya anak, tapi masih aja berkeliaran di sekitar aku. Rumahnya sih tetanggaan sama rumah ayah, jadinya gitu."

"Ya di depan gang aja."

"Hah? Ganteng doang jemput cewek depan gang."

Dara tertawa singkat. "Ya, biar aman, Ad. Lagian rumah lo enggak di gang sih."

"Gimana nanti aja deh, Langit mau ke sini katanya. Kamu duluan aja."

Dara mengangguk. "Yaudah gue duluan ya."

"Hati-hati, Dar."

"Woke."

Adia masih duduk di bangkunya. Dia menatap ke sekeliling kelasnya. Hanya ada dia seorang diri.

Lima menit berlalu, Langit baru saja tiba tentu hal itu membuat Adia tersenyum senang.

"Hai, Langit," sapa Adia ramah.

Langit tersenyum tipis kemudian tangannya mengusap puncak kepala Adia membuat hati Adia terasa hangat.

"Sorry, Mye, tapi kayaknya kita enggak bisa balik bareng."

Seketika senyum Adia luntur. "Kenapa?" tanyanya lirih.

"Nadia kecelakaan."

Deg.

"Dia enggak bisa nyebrang, Mye. Gue yang salah. Andaikan gue jemput dia ini semua mungkin enggak akan terjadi," ucap Langit lirih dia bahkan menumpukan wajahnya di bahu Adia, "gue abang yang enggak becus, gue enggak bisa jagain adik gue," sambungnya bahkan kali ini Adia merasakan jika bajunya basah.

Langit menangis.

"Ayah mungkin di surga, tapi di sana ayah kecewa sama gue, Mye."

Ini semua salah Adia.

Adia yang membuat syarat konyol itu.

Ya Tuhan, bagaimana ini?

***

TBC

Akhir-akhir ini aku sibuk ulangan, jadi maaf ngaret terus up nya.

Thanks for reading 🌷❤️

Semoga suka😍

Salam sayang Belfa, adiknya Mbak Jennie🖤

Minggu, 6 Juni.

Tentang Adia [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang