Aziela || 01

2.2K 198 58
                                    

01. Awal dari semuanya

•••

"Memaafkan adalah cara terbaik untuk meingikhlaskan."
-Aziela.Y

Happy Reading!!

Seorang gadis kecil berumur 10 tahun sedang berada di trotoar bersama adiknya.

Ela-Gadis kecil itu berjalan jalan santai sambil sesekali menyapa pejalan kaki yang melewati mereka.

"Tatak Ela, Atu au beyi guyayi!" Reyhan-Adik Ela menarik tangan Ela sambil merengek agar mau membelikannya gulali.
(Kakak Ela, Aku mau beli Gulali!)

Ela menunduk menatap adiknya. "Adek Rerey mau gulali?" Reyhan mengangguk antusias dengan mata berbinar.

"Di mana ada penjual gulali?" Ela bertanya lagi kepada adiknya. Tangan kecil Reyhan menunjuk sebuah gerobak gulali di seberang jalan dari tempat mereka berdiri.

Ela berpikir sejenak. "Tapi tunggu jalannya sepi dulu, ya. biar kita bisa menyeberang dengan selamat."

Reyhan mengangguk saja. Toh, yang penting dia dibelikan gulali. Beberapa menit menunggu, akhirnya jalanan agak renggang. Ela menggenggam erat tangan mungil Reyhan dan menyeberang menuju penjual gulali.

Setelah membeli beberapa gulali untuk Reyhan, Ela dan adiknya menyeberang untuk segera pulang karena hari sudah sore. Namun, saat mereka baru sampai di tengah jalan, sebuah mobil dari arah kanan melaju dengan kecepatan rata-rata. Bahkan menabrak papan tanda di pinggir jalan.

Tin ... Tin ....

Klakson mobil terdengar nyaring mengisyaratkan Ela untuk menghindar. Ela yang mendengar klakson mobil itu pun segera menghindar.

Namun, belum sempat mereka beranjak dari situ, tiba-tiba ada sebuah motor yang melaju dengan kecepatan di atas rata-rata menyalip mobil tadi dan akan menabrak Reyhan. Ela yang melihat itu pun refleks melempar adiknya ke pinggir jalan agar Reyhan tidak tertabrak.

Naas, Reyhan malah tertabrak oleh mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi tadi. Karena tabrakan itu, tubuh Reyhan terpental hingga beberapa meter dan gulali yang dipegang Reyhan tadi berlumuran darah dari kepalanya.

Nasib Ela juga tak kalah parahnya. Ela tak terpental namun Gadis kecil itu tertabrak di bagian perut yang mengakibatkan rasa sakit yang sangat luar biasa.

Orang-orang yang berada di sana mengerubungi Reyhan dan Ela yang berlumuran darah. Mereka langsung menghubungi Ambulance dan sebagian orang mengejar Mobil dan Motor yang menabrak Ela dan Reyhan tadi.

"REYHAN!" teriakan itu berhasil mengalihkan pandangan semua orang. Ela yang hampir menutup mata pun sontak membuka matanya lagi saat mendengar teriakan itu.

"Mama ... Maafin ... Ela yang gak becus ... jaga adik ...." Lirih Ela di sela-sela sakitnya.

Samar-samar Ela mendengar suara mamanya yang menangisi adiknya tanpa memedulikan dirinya yang hampir sekarat.

Ambulance datang dan langsung membopong tubuh Reyhan ke brankar dan langsung menuju rumah sakit terdekat. Mamanya ikut masuk ke dalam Ambulance sambil menangis histeris.

Ela hanya tersenyum kecil. Pandangannya kabur dan semuanya menggelap. Ela tak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Apakah ini akhir hidupnya?

-Aziela-

Ela terbangun dari tidurnya yang panjang. Gadis kecil itu mengerjapkan matanya berusaha menyesuaikan sorot cahaya. Matanya menelisik ke sekeliling berusaha mengingat apa yang terjadi kepadanya. Putih, satu hal yang mendeskripsikan di mana Ela saat ini. Ela berpikir sejenak. Apakah ini akhir dari hidupnya? Apakah Ela sudah mati? Terus bagaimana keadaan adiknya?

Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi isi otak Ela. Sampai pintu ruangan terbuka lebar menampakkan seorang Dokter cantik.

"Hai! Bagaimana keadaanmu?"

Ela yang tersadar dari lamunannya pun menatap lekat Dokter yang berada di hadapannya. "Ba-Baik." Jawabnya gugup.

Dokter tadi tersenyum tipis melihat Ela ketakutan seperti itu. "Jangan khawatir, kau baik-baik saja. Oh, ya, kenalkan nama saya Dokter Rita, Dokter yang merawatmu. Dan, siapa namamu?"

"Aziela Yulaika. Panggil saja Ela."

"Benarkah itu namamu? Nama yang bagus sekali!"

Ela hanya tersenyum tipis mendengar pujian itu. "Makasih, Dokter Rita!" ucap Ela sambil menampilkan deretan giginya.

Dr. Rita jadi gemas melihat gadis kecil di hadapannya ini. "Apakah kau sudah tahu jika mamamu tidak menjengukmu?"

"Ela sudah tahu. Mama ga pernah peduli sama Ela," ucap Ela sendu. Dr. Rita memang sudah tahu seluk beluk Ela. Dari mulai keluarganya sampai kecelakaan itu. Tadi dia hanya basa basi saja agar Ela tidak takut kepadanya.

"Tenang saja, Ela. Saya sudah membayar biaya selama kamu di sini. Jadi, kau tidak perlu memikirkan apa pun juga," ucap Dr. Rita dengan senyuman manis di wajahnya.

"Makasih lagi, Dokter Rita! Aaa, Ela jadi sayang." ucap Ela dengan nada gemas. Ela sudah menduga kalau ini akan terjadi. Namun, dia tak menyangka kalau ada orang baik yang mau membayar pengobatannya.

"Panggil Bunda saja. Ela mau kan jadi putri kecilnya Dokter Rita?" tanya Dokter Rita berharap.

Ela mendongakkan kepalanya ke atas sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu pertanda sedang berpikir. Lalu dia menganggukkan kepalanya dengan antusias sampai poninya ikut mengangguk.

Dr. Rita terkekeh lalu mencubit pelan pipi chubby Ela. "Coba ceritain kehidupan Ela." ujar Dokter Rita hati-hati takut membuat Ela kembali bersedih.

Menghela nafas pelan, Ela menceritakan kehidupannya yang tak pernah dianggap oleh orang tuanya sejak kecil dan selalu diasingkan dalam keluarga sendiri.

Aziela [Revisi]Onde histórias criam vida. Descubra agora