ARUNA SG ~ 23

829 56 0
                                    

Happy Reading 😇


Detik berubah menjadi menit dan menit berubah menjadi jam. Waktu berputar begitu cepat sampai matahari sudah terbenam di ufuk barat.

Masih berharap-harap cemas dengan tadahan kedua tangan yang terus berdoa. Bibir terus menggumam dengan kata-kata yang penuh dengan harapan.

Dokter sudah keluar beberapa menit lalu dan memberikan keterangan soal keadaan terkini. Masih terngiang-ngiang ucapan dokter mengatakan bahwa Hita mengalami koma dan ketika sadar nanti bisa saja mengalami trauma.

Pukulan telak yang di dapat Bram, melihat anak perempuannya terbaring tak berdaya di dalam ruangan yang dingin nan sepi karena kesalahan pahaman di masa lalunya.

Ia juga belum kembali ke kantor polisi. Ia meminta Arman, temannya untuk menunda penyelidikan.

Ia masih tak kepikiran jika Kelvin sudah mengintai keluarganya. Ia kira Kelvin masih menetap bersama kakek neneknya di Aceh. Karena laporan terakhir dari tangan kanan Bram, Kelvin masih trauma dan masih takut dengan orang yang Kelvin ingat di malam terakhir kejadian termasuk Bram. Kakek dan Nenek dari Kelvin juga belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan terus menutup akses semua orang yang pernah menjadi kolega bisnis Ayah Kelvin. Maka dari itu Bram belum bertemu untuk menjelaskan tentang kronologi  kejadian itu.

"Ayah kuat menahan penderitaan, tapi ayah akan hancur jika melihat anak perempuan yang merasakan penderitaan. Maafkan ayah yang belum menjadi ayah yang baik, tapi ayah berjanji untuk memberikan segala yang terbaik yang bisa ayah persembahkan, sebelum ayah beranjak pergi." Ucapnya dalam hati dengan memandang putrinya yang terbaring lemah.

"Yah, Bang Raka ngga ke sini. Tiba-tiba saja Mbak Pita kontraksi dan ternyata sudah bukaan 6" Ucap Dhana ketika mendapatkan kabar dari sang abang

"Ngga papa, Ayah paham." Bram tahu betul Jika sebenarnya Raka ingin sekali datang tetapi ada istrinya yang harus Raka prioritaskan apalagi saat ini menantunya sedang berjuang untuk melahirkan cucu pertamanya, "Kamu sudah bertemu dengan Gasta? Kata temannya, Gasta masih di kantor polisi karena Gasta yang tahu titik Hita di tempat itu." Lanjutnya

"Sudah Yah, Gasta masih ada urusan kataaya"

Lalu pandangan Bram mengatah ke samping kanannya, "Om ucapkan terimakasih karena Kamu sudah mau mendonorkan darahmu untuk anak om"

"Siap Sama-sama Om"

Suara derap langkah mengalihkan Bram, di sana ada Istri tercintanya yang terlihat tergesa-gesa sampai Manda kewalahan mengimbangi langkahnya. Tadi saat dokter mengatakan Hita koma dan kemungkinan trauma Ita tiba-tiba saja pingsan, langsung saja Bram menyewa satu ruangan untuk istrinya, "Gimana keadaan Hita yah?"

"Buna tenang dulu, Hita keadaannya baik-baik saja. Ayah jamin, walaupun ayah tidak tahu Hita kapan untuk siuman"  Lanjutnya dalam hati

"Em.. Om kalau begitu Saya dan teman saya izin ke kantor polisi."

"Eh.. Kamu Candra kan? Yang tadi donorin darahnya ke putri saya? Manda sudah cerita tadi" Tanya Ita tiba-tiba dan di balas anggukan oleh Candra, "Iya tan.. "

"Tante ucapin terimakasih banyak sudah mau donorin darahnya"

"Sama-sama tan.. Itu juga berkat dari Gasta yang mengatakan kalau Hita sedang membutuhkan darah yang kebetulan sama dengan saya."

"Oh iya, Gasta belum ke sini ya?" Candra mengangguk, "Iya tan, ini Saya sama temen saya mau ke kantor polisi. Ada hal yang harus di sampaikan."

"Oh kalau begitu tante titip salam dan sampaikan terimakasih untuk Gasta"

ARUNA SAHWAHITA GAHARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang