ARUNA SG ~ 18

830 53 0
                                    

"Kemungkinan yang kamu dugai salah Bram. Sedari awal hanya sekali dia di kunjungi itupun kalau lebaran, selebihnya tidak ada. Orangnya pun sama 2 orang paruh baya yang tak lain adalah orang tuanya. Jadi tidak mungkin kalau dia yang melakukannya, apalagi dia tidak memegang alat ponsel." Ucap Arman selaku petugas kepolisian dan juga teman Bram saat SMA.

"Lalu siapa yang meneror anakku. Dan motifnya Apa? Apa ada orang yang tidak menyukai Hita? Tapi yang aku tahu anakku tidak neko-neko."

"Entahlah, kita tanyakan saja pada anakmu. Siapa tahu ia mempunyai temen yang tidak suka"

"Baiklah."

Setelah perbincangan di Polresta Banyumas mereka menuju ke rumah Bram untuk mencari titik terang dengan berbicara dengan Hita.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam" Ucap Ita setelah membukakan pintu dan segera mengambil tangan sang suami untuk menyaliminya. Sebagai tanda hormat kepada kepala keluarga betul?

"Eh enten Pak Arman, monggo-monggo."

(Eh ada Pak Arman silahkan-silahkan.)

"Nggih bu, matur nuwun"

(Iya bu, terimakasih)

"Bun, Hita sudah di rumah?" Tanya Ayah setelah duduk di ruang tamu.

"Sudah yah, baru saja pulang kampus. Kenapa?"

"Boleh di panggilka? ada hal yang perlu di bicarakan"

"Boleh, sebentar Buna minta dulu sama si mbok bikinin minuman"

Setelah itu Buna melangkahkan kakinya ke dapur dan meminta si Mbok untuk membuatkan minuman kemudian menuju ke kamar Hita.

Tok tok tok

"De, boleh Buna masuk?"

"Boleh bun, masuk aja ngga Ade kunci"

Cek lek. Bunyi knop pintu terdengar dan melihat sang Buna masuk ke kamarnya.

"Ada apa Bun?"

"Ada ayah sama temen Ayah. Kamu di suruh ke bawah. Yuk"

"Temen Ayah? Siapa bun?"

"Pak Arman. Anggota kepolisian"

"Loh polisi? Ngapain?"

Buna menggelengkan kepalanya pelan, "Buna ngga tahu, mungkin Ayah masih mencari siapa yang neror kamu"

Huft, helaan napas Hita begitu terdengar "Ya sudah, Hita ke bawah dulu"

Sebenarnya Hita lelah. Bukan karena Ayah yang mencari tujuan si peneror itu apa tetapi kenapa dirinya yang menjadi 'bahan' untuk mereka tuju ? Itulah yang ada dipikirannya.

"Permisi" Intruksi Hita kepada Ayah dan juga Temannya.

"Eh sini dek, ada yang ingin Ayah tanyakan"

Hita mengangguk dan duduk di sebelah ayahnya.

"Ini putrimu Bram?" Tanya Arman mencairkan suasana agar tak begitu tegang "Cantik. Kaya Ita waktu muda dulu" Lanjutnya dengan kekehan

"Iyalah bibit unggul jadi ya bagus toh? 

"Ayahhhh" Malu Hita karena Ayah berbicara frontal

"Hahaha.." Mereka tertawa, menertawakan muka Hita yang merah padam karena Malu. Yang benar saja, Ayah bilang kaya gitu di depan anak sendiri apalagi ada bapak polisi.. Malu lah. Batin Hita

"Ini kenapa kok Hita mukanya merah? Kamu Sakit nduk? " Tanya Buna sambil duduk di sebelah putrinya. Hita menggelengkan Kepalanya dan sesegera mungkin menghilangkan rasa malunya.

ARUNA SAHWAHITA GAHARSAOnde histórias criam vida. Descubra agora