Amato vs. Halilintar

4.7K 379 67
                                    

Kalian kenal dengan Halilintar, bukan? Oknum yang terkenal akan sifatnya yang dingin dan jarang sekali bicara itu? Aku yakin, pasti kalian mengenalnya, terlebih dia merupakan salah satu murid yang terkenal di Galaxy High School.

Lalu, apa kalian tahu dia memiliki seorang adik? Itu loh, sang Ketua OSIS yang hobi menabung lemak di pipi. Aku juga yakin, kalau kalian pasti kenal dengan oknum itu.

Aku akan menunjukkan satu sisi lain dari seorang Halilintar Raksha Aldebaran yang hanya ditunjukkan kepada adiknya Gempa Naufalendra Aldebaran yang mungkin akan membuatmu berpikir berulang-ulang kali.

"Apa benar itu Halilintar yang kita kenal selama ini?"

Disclaimer : Boboiboy
© Animonsta Studio

a story written by Zevuar
© May 2021
Slice of Life | Brocon | Family | Comedy

¦§§¦§¦§§¦

"Lintar akan menjauhkan Ayah dari Gempa!"

Bagai tersambar petir di siang bolong, Amato langsung membulatkan kedua bola matanya. Dia menatap sang sulung keluarga Aldebaran yang umurnya masih menginjak 3 tahun itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenapa? Kenapa Ayah harus dijauhkan dari Baby Gempa?" tanya Amato.

"Ayah akan memonopoli Gempa untuk Ayah sendiri. Cukup Bunda yang Ayah monopoli, Gempa jangan. Gempa cuma untuk Lintar. Gempa adiknya Lintar!"

Darimana bocah kecil itu tahu-menahu masalah monopoli? Apa jangan-jangan Halilintar adalah orang dewasa yang menyamar sebagai anak kecil dan terlahir di keluarganya?

"Tapi Baby Gem kan anaknya Ayah. Masa Ayah nggak boleh dekat sama Baby Gem," Amato masih berdebat dengan Halilintar yang duduk manis di pangkuannya walaupun sesekali bocah cilik itu menarik telinga Amato dengan sangat kuatnya. Tampaknya Halilintar memang sudah menyatakan perang dengan ayahnya.

"Pokoknya nggak boleh!"

Tangan mungil Halilintar menabok pipi Amato dengan ganasnya. Disisi lain, Amato menahan rasa gemasnya untuk membuang Halilintar di pinggir jalan karena sang anak yang kini telah berubah menjadi anak yang durhaka.

"Kamu diajarin siapa sih?!" sinis Amato.

"Kata Kakek, Ayah sering memonopoli sesuatu untuk Ayah sendiri. Makanya, Gempa harus diselamatkan terlebih dahulu," ucap Halilintar bangga. Walaupun usianya masih sangat belia, Halilintar sudah cukup fasih dalam berbicara beserta pelafalan masing-masing huruf yang benar.

"Lain kali Ayah akan menjauhkanmu dari Kakek jika ujung-ujungnya kamu menjadi anak yang durhaka sejak dini," gerutu Amato.

Halilintar yang masih setia duduk dipangkuan sang ayah masih saja berdebat kecil bahwa Gempa tidak boleh dekat-dekat dengan Amato dan berulang kali Amato menolak yang tentu saja membuat Halilintar semakin geram dengan oknum yang disebutnya ayah itu.

Lalu, suara langkah kaki mulai terdengar. Seorang wanita turun sembari menggendong seorang bayi yang tidak lain dan tidak bukan adalah oknum yang sedang diperdebatkan oleh Halilintar dan Amato. Wanita itu tampak keheranan karena Halilintar yang dengan ganasnya menampar wajah Amato karena saking kesalnya Halilintar kepada Amato yang keras kepala.

"Lintar? Kenapa Ayah ditampar begitu?" tanya wanita itu lembut.

Halilintar pun segera menghentikan aksinya lalu turun dari pangkuan sang ayah. Tentu saja, perang mereka telah dimulai sejak hari ini.

"Bunda, Ayah nggak boleh dekat-dekat sama Gempa. Apapun ceritanya, Ayah nggak boleh dekat sama Gempa!"

Halilintar kecil itu memeluk kedua kaki bundanya dengan sangat erat.

"Nanti Ayah memonopoli Gempa untuk dirinya sendiri, sama seperti Ayah memonopoli Bunda!"

Halilintar mengadu. Lalu menatap Amato sinis. Air mata buayanya masih mengalir deras untuk menyakinkan sang bunda agar Amato dijauhkan dari adiknya.

"Tapi Gempa butuh seorang Ayah, Lintar. Kamu mau Gempa sedih karena tidak diperhatikan oleh Ayahnya?"

"Lintar yang gantikan posisi ayah untuk Gempa. Jadi Ayah nggak boleh dekatin Gempa lagi!"

"Jadi seorang ayah itu bukan perkara yang mudah loh, memangnya kamu mau jadi seorang ayah tanpa adanya istri?"

"Apapun itu, demi Gempa jauh dari Ayah!"

Amato semakin depresi di sofa itu. Halilintar benar-benar bertekad untuk menjauhkan Gempa darinya. Apa mungkin ini azab dirinya sering memonopoli sang ibu dari ayahnya? Tapi kenapa bukan ayahnya yang membalas? Kenapa harus anaknya?

"Sayang, aku mau menggendong Gempa."

Amato berdiri dan melangkahkan kakinya mendekati sang istri. Halilintar langsung berubah menjadi monster kecil. Dia langsung menubruk kaki Amato. Kebetulan sekali Amato hanya memakai celana pendek, Halilintar dengan kesalnya menarik satu per satu bulu kaki Amato.

"Argh!"

Geram, Amato pun menggendong Halilintar yang sedang dalam mode brutal itu. Darimana anaknya mendapatkan tenaga sekuat itu di umurnya yang masih sangat belia?

"Sudah berani dengan Ayah, ya?"

Amato tersenyum miring kepada Halilintar yang membuat Halilintar sedikit gentar namun dia menutupinya dengan memasang wajah galak yang menurut Ayahnya semakin membuat Halilintar lucu.

Amato pun langsung mencubiti pipi Halilintar yang masih terbilang cukup berisi itu. Lalu menciumi seluruh wajah Halilintar dan kini berputar-putar dan tak langsung membuat Halilintar tertawa. Dirinya yang masih kecil masih perlu sosok sang Ayah berada di sampingnya. Hanya karena ego nya saja Halilintar mampu menjadi pemberontak karena dia tidak mau berbagi Gempa dengan Amato.

"Baiklah, Ayah nggak akan dekat-dekat dengan Gempa. Sebagai gantinya, kamu harus menjaga Gempa demi Ayah, setuju?"

Halilintar mengangguk semangat. Dengan begini dia berhasil menguasai Gempa untuk dirinya sendiri. Hm, mungkin Halilintar akan punya pelayan pribadi jika mereka sudah besar nanti.

Disisi lain, wanita yang sedang menggendong Gempa itu hanya tersenyum melihat interaksi antara ayah dan anak itu.

"Gem, jika suatu saat Bunda dan Ayah tidak ada bersamamu, berbahagialah dengan Halilintar, ya. Abangmu itu akan selalu menjagamu," kata wanita itu sembari mengecup pelan kening Gempa yang masih nyaman tertidur itu.

Kisah Halilintar Raksha Aldebaran dan Gempa Naufalendra Aldebaran dimulai sekarang.[]

╔ 《To be continued》 ╝

Childish | ✔Where stories live. Discover now