[2] Musim II: Teman?

329 54 20
                                    

Adakah orang yang suka menunggu?

Tentu saja, bukan Maureen orangnya.

Tik tok tik tok.

Waktu terus saja berjalan, sedangkan Jane belum juga nampak wajahnya. Gadis itu memerhatikan kembali riwayat obrolan terakhirnya dengan temannya tersebut. Mereka sepakat untuk pergi pukul tujuh malam, sedangkan ini sudah lewat setengah jam.

"Kak Maureen?"

Maureen yang selepas mengirimi Jane pesan langsung menoleh ke kiri. Alex entah sejak kapan masuk ke kamarnya.

"Cantik sekali! Kakak mau kencan, ya?" tanya Alex dengan nada menggoda. Bocah itu mendekat untuk memerhatikan kakaknya dari dekat. Dia meletakkan segelas susu di atas nakas. Maureen buru-buru mematut dirinya di depan cermin. Apakah pakaiannya berlebihan? Gadis itu mengenakan blazer long coat berwarna cokelat yang menutupi hingga pergelangan tangan serta betis. Maureen hanya merias wajahnya dengan sedikit bedak dan lip tint peach yang dioleskan tipis, setidaknya agar tidak tampak pucat.

"Ibu bilang, kakak akan makan di luar sehingga aku diminta mengantarkan susu saja. Kakak mau ke mana? Siapa laki-laki yang kakak ajak kencan?" oceh Alex.

"Dasar adikku ini, kakak akan pergi dengan Kak Jane. Teman-temanmu sudah pulang?"

Kedua bola mata Alex berbinar, kaki-kakinya berjalan mendekat, nyaris melebihi panjang kaki Maureen. "Kak," ucapnya.

"Ya."

"Temanku sudah pulang semua," ucapnya kembali.

"Iya, ini sudah malam."

Alex memeluknya seperti anak kecil. Maureen tidak ingat sejak kapan tingkah adiknya itu berubah menjadi sangat manja. Dia seperti anak kucing yang menempel pada ibunya. "Aku mau ikut, Kak! Sama Kak Jane!"

Maureen gemas, telapak tangannya mengacak rambut adik laki-lakinya itu. "Sana minta ijin ke ibu."

Bocah itu berjingkrak-jingkrak senang, melepaskan pelukan, lalu berlari keluar kamar.

Ponselnya berdering, dilihatnya wajah dan nama Jane di sana. Beberapa menit lagi filmnya akan dimulai, jika Jane sedang sibuk, Maureen berpikir untuk membatalkannya saja.

"Halo," ujar Maureen. Tangan kirinya mengambil gelas berisi susu yang dibawakan oleh Alex. Pelan-pelan diminumnya sebagian.

"Maureen, maaf, ya .... Ternyata aku sedikit tidak enak badan."

"Ah, begitu. Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Maureen merasa cemas.

Suara di seberang hening untuk beberapa saat.

"... Bagus dia sudah datang! Maureen, sebagai penggantiku, aku mengirim seseorang ke rumahmu. Semoga kencan kalian menyenangkan! Bye! Sepertinya aku harus banyak beristirahat."

Tut.

Gadis bermata hijau itu kini tersedak, tangannya meletakkan kembali gelas susu di meja. Jane sedang sakit karena tidak bisa datang, lalu dia mengirim siapa? Terlebih lagi ... kencan katanya?

Maureen sudah merasa ada yang tidak beres, apalagi saat Sasi ibunya memanggil dan mengatakan bahwa ada tamu untuknya. Saat tiba di ruang makan, wajah Alex terlihat masam. Dia terus berujar, "Aku juga mau pergi bersama Kak Maureen, Bu."

Sasi menggeleng. Dia mengusap kepala bocah yang sudah dia anggap anak. "Di rumah saja bersama ibu, ya, ini sudah malam."

Alex tidak bisa menolak perkataan wanita itu, kepalanya mengangguk meski merasa sedikit kecewa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 19, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Underwater World: Gate of Berry Head ArchWhere stories live. Discover now