perduli...

5.5K 433 12
                                    

#enjoy the story#

            Langit malam nampak begitu kelam hari ini,cuaca sedikit mendung pun mengundang hawa dingin hinggap di kulit sehat tiga pemuda yang kini tengah sibuk dengan pemikiran masing-masing,
       

        Ketiganya nampak terduduk santai dedepan salah satu ruang rawat rumah sakit,setelah beberapa menit yang lalu dibuat panik seperti orang gila oleh orang yang baru saja masuk dalam kehidupan mereka,tak biasanya mereka bersikap seperti itu,sudah pernah dibicarakan sebelumnya,tiga saudara keturunan haris ini memiliki sikap yang cenderung tenang,tapi sikap itu tak berlaku beberapa menit lalu hanya karena melihat anak yang begitu mereka benci merintih kesakitan sambil terisak,
        Sedari tadi belum ada satupun dari mereka yang membuka suara,jangan salah paham,mereka seperti itu bukan karena khawatir pada adik bungsunya,melainkan sedang merenungkan apa yang sebenarnya terjadi,bisa bisanya mereka sepanik itu?!berlebihan memang,apasalahnya coba kalau khawatir dengan adik sendiri?dasar tsundere,emang susah kalau sudah begitu,suka tak sadar diri:v

       Cukup lama terdiam akhirnya salah satu dari mereka membuka suara.
"bang hubungin Ayah gih,bilangin anak kesayangannya sakit gitu,biar cepet di ambil orangnya"
Piter fikir dengan sakitnya Atta bisa menjadi salah satu cara buat mengusir adiknya itu,pasti ayahnya tak akan jadi menitipkan anak kesayangannya itu pada mereka kalau denger tu anak udah masuk rs aja,dahal baru sehari diasuh mereka,

"Ayah nggak jawab telpon bang,udah Eza coba tadi,berkali kali"
Jawab Erza sekenanya,karena memang tadi saat abangnya panik setengah hidup hanya dia yang sedikit punya kewarasan buat hubungi sang Ayah,meski tak mendapat jawaban dari sang empu.

"ah masa?kapan?kok gue galiat lo nelpon Ayah?"
Tanya Piter masih belum percaya pada ucapan si savage erza

"serahmu dah bang,lo kan habis keserang gangguan kecemasan berlebihan,jadi gue maklumin kalo otaklo agak konslet"
Mampus dijulidin kan si Piter.
Piter sendiri hanya diam sambil merengut kesal,kalaupun ia jawab pasti gaada ujungnya.

"eh btw ngapain ya kita masih disini,balik yuk"
Gajadi diem si Piter,malah ngajakin balik,emang gaada akhlak.

"diluar hujan,besok aja kita pulangnya"
Liam menjawab dengan santai,namun sedikit ada maksud dengan ucapannya tersebut.

"iya iya hujan,males banget kalo mesti nekat,disini ajalah,tidur di ruangan si manja nanti,kan enak di ruang vvvvip"
Piter menyetujui usulan Liam,padahal mereka naik mobil loh,nekatpun pasti gaakan basah:) bilang aja nggak mau ninggalin si dedek manja sendirian:)

    Tak lama setelah mereka memutuskan untuk menginap di rumah sakit,dokter keluar dari ruangan Atta,bukan seperti adegan sinetron biasanya,tak ada yang buka suara dan tanya menanya soal kabar pasien yang ditanganinya,membuat sang dokter sedikit canggung"kok nggak nanya?masa ia langsung saya jawab gitu aja?"batin sang dokter menggebu seakan tengah memerankan sinetron bertajuk DOKTER MAGANG KENA KARMA KARENA TAK DI TANYA NAMUN MENJAWAB. Padahal si dokter ingat betul bagaimana paniknya ketiga remaja beda usia ini saat membawa pasien ke rs ini.

"pasien sudah saya tangani dengan baik,perutnya menolak makanan pedas,tapi sepertinya pasien makan makanan pedas,asam lambungnya langsung naik,jadi mulai saat ini mohon diperhatikan pola makannya,"
Jelas sang dokter se rinci-rincinya takut si wali pasien tak paham akan penjelasannya.

"pasien bisa pulang besok setelah infusnya habis,besok pagi suster akan menghantarkan obatnya,kalau begitu saya permisi"
Saat hendak pergi liam mengucapkan terimakasih pada sang dokter,dokterpun hanya tersenyum menanggapinya.

    ..............

      Ketiganya memasuki ruangan Atta,bisa mereka lihat,tubuh mungil Atta terbaring lemah diranjang dengan muka yang terlihat begitu pucat.

fierce brotherWhere stories live. Discover now