12. Hujan

515 62 10
                                    

Hangat.

Lembut.

Mmph...

Kenapa aku tidak menjelajahinya lebih dalam?

Bibir semanis itu aku lewatkan begitu saja.

Sayang sekali aku merasakan sensasinya hanya sekejap.

Lidahku bahkan tidak sempat menyentuh miliknya. Yang aku ingat ialah suhu dalam rongga mulutnya yang terasa cukup dingin dan hampa.

Hmmm...

Tapi aku masih ingat bagaimana bibirku bersentuhan dengan kulit pipinya yang halus. Dia tidak memakai parfum apapun pada saat itu. Namun, penciumanku merasakan semerbak wangi yang membuatku tergiur. Lagi dan lagi. Aku ingin terus menghirup aromanya. Aku ingin memberi sentuhan lebih pada dirinya. Aku... Aku... Ingin merasakannya sekali lagi...

Mata Tay yang semula terpejam tenang, kini terbuka dengan rasa panik yang tak terduga. Dadanya terlihat naik turun. Nampak setetes cairan mengalir dari sudut bibirnya. Pandangannya masih menegang, seperti tak percaya dengan apa yang barusan ia alami dalam alam nyenyaknya.

Tay melirik jam dinding, sudah pukul 08.11. Tay mendesah sambil menutup wajah dengan lengan kanannya, "Haaaaahhh... Aku ketiduran." Tay tak sadar setelah ia berenang di kampus, ia justru terlelap hanya dengan berbaring beberapa menit.

Namun, bukan itu yang menyebabkan jantung Tay belum berhenti berdegup kencang sampai detik ini. Ia menggertak giginya. Akhirnya ia berani mengintip cahaya lampu setelah ia menurunkan lengan dari wajahnya. Ia termenung.

Kenapa aku melihat kejadian itu lagi?

Selain itu...

Sepertinya aku menikmatinya.

"Aaaaaaaa!!!!" Tay bangun sambil mengacak rambutnya. "Kenapa aku memimpikan New dengan cara seperti itu?" Wajahnya terlihat khawatir. Tak ada jalan lain untuk menenangkan diri selain dengan menggigit-gigit kuku ibu jarinya sendiri.

"Apa ada yang salah denganku?!" Tay membanting lagi tubuhnya ke kasur. "Huft... Semoga aku tidak memimpikan New yang aneh-aneh lagi."

Tay memeluk bantal gulingnya. "Kira-kira apa yang New rasakan ya? Ah! Ini pasti karena aku terlalu lelah setelah menghadapi kekonyolannya tadi."

"Tapi..." Tay meraba sesuatu di bagian bawah tubuhnya. "Sialan! Kenapa aku malah turn on sih!" Tanpa menunggu waktu lama, Tay segera mengambil sekotak tisu dan mempersiapkan video spesial yang tersimpan di ponselnya.

***

"Ayo bantu buka!" pinta Pod.

Fluke segera menaikkan rolling door untuk membuka toko bunga dimana tempat Pod bekerja. "Pod, kamu belum sempat pulang ya?"

Pod berjalan memasuki toko dan meletakkan sebuah tas bertuliskan Canon di atas meja kasir. "Belum, setelah persiapan di aula rapat, aku langsung menjemputmu."

"Apa kamu tidak lelah?" Fluke memperhatikan Pod yang sedang menyalakan semua lampu dan memeriksa beberapa ember yang masih dipenuhi bunga-bunga segar.

"Enggak kok. Santai aja. Aku kan sudah janji sama kamu malam ini."

Fluke melihat tas yang diletakkan Pod tadi. "Kenapa kamu selalu membawa tas ini? Tadi siang saat kita ketemu aku juga melihatnya."

Pod terkekeh, ia mengambil selembar tisu untuk mengelap keringat di wajahnya. "Itu karena di acara MPM kali ini aku bertugas di seksi publikasi dan dokumentasi."

Balance of FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang