33. Apa Kamu Mau Melakukannya Denganku?

629 49 47
                                    


[WARNING! 18++]



Permukaan air danau tampak tenang setenang malam ini. Titik-titik putih yang berkilauan di angkasa menemani sang rembulan yang tengah sendirian karena menggantikan mentari untuk melakukan tugas semesta. Jauh dari atas sana, semua penghuni langit bisa menyaksikan apa yang ada di bawah mereka.

Rumput ilalang yang tumbuh berkerumun bergoyang-goyang karena terpaan angin yang begitu dingin. Samar-samar entah dari mana asalnya, suara serangga-serangga malam sepertinya sedang menikmati waku pertunjukkan mereka. Mengisi kekosongan dan kehampaan tempat ini dengan kompisisi melodi yang sebenarnya membuat bulu kuduk merinding.

Di salah satu lokasi di tepi Danau Buyan, terdapat sisa-sisa pembakaran dari api unggun yang sudah terabaikan. Masih berusaha menampakkan seberkas nyala merah sebelum benar-benar mati dimakan kabut tebal. Udara lembap tersebut seketika mengubah suasana tempat ini. Bagai tersesat di dunia arwah yang tak memiliki batas. Rasa tak nyaman menyelimuti saat hawa basahnya menyentuh kulit, bersamaan dengan suhu rendahnya yang menusuk hingga ke tulang.

Atmosfer tidak sekelam itu ketika satu sumber cahaya masih terlihat menerangi tenda berwarna abu-abu dari bagian dalam. Api unggun yang ada di dekatnya sudah tidak berguna, menandakan bahwa usai sudah aktivitas di luar. Namun, bukan berarti semua makhluk harus tidur pada jam-jam ini.

New masih mengisi ulang paru-parunya setelah ia mengeluarkan cairan kenikmatan melalui saluran pribadinya. Tubuhnya lemas sekaligus ringan, namun kedua telapak tangannya belum bisa beranjak dari wajah pria yang masih membelenggu tubuhnya dari atas. Belaian demi belaian, dari dahi yang berkeringat hingga daun telinga yang nampak memerah. Jari jemari New dengan leluasanya menyentuh apapun yang bisa ia nikmati.

Air muka Tay yang kaku masih menunggu mesin otaknya untuk berkerja kembali. Bola matanya hanya bisa menangkap wajah New yang lugu, putih bersih, dengan kelopak mata yang sayu. Membuat sesuatu di dalam dirinya bergejolak. Kenapa New bisa semanis ini? Kenapa New bisa sememikat ini? Terlebih lagi New hanya bisa pasrah di bawah kungkungannya.

Tay menjatuhkan tubuhnya di samping New, matanya terpejam damai ketika New menyisiri rambutnya yang acak-acakan dengan jemarinya. Pergulatan tadi memang menguras tenaga, beruntung semua itu tidak berakhir tragis. Meskipun dadanya masih terasa sakit, tapi setidaknya New bisa luluh ketika ia berani menunjukkan sedikit libidonya. Ya, ia baru saja memuaskan New yang kedua kalinya menggunakan keterampilan lima jarinya. Dan itu membuat New merasa yakin dengan perasaannya yang mengudara di dalam tenda malam ini.

"Apa kamu serius dengan apa kamu yang katakan tadi?" Dengan tangan yang kini beralih mengusap lengan Tay, New memastikan segalanya sekali lagi. "Kamu serius menginginkanku?"

Kelopak mata yang terpejam itu akhirnya terbuka kembali. Menampilkan tatapan yang dipenuhi rahasia yang belum terbongkar. Karena tenggorokkannya terasa kering, suara Tay jadi terdengar begitu berat. "Aku mohon..." Ia menghirup napas panjang sekali untuk melegakan kesadarannya, "...aku mohon jangan abaikan aku kaya tadi. Itu sangat menyakitkan New."

"Maaf... Aku gak akan mengulanginya." New mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang sehingga ia bisa menatap langit-langit tenda.

"Berjanjilah," Tay menarik dagu New ke arahnya dan bergeser mendekat untuk memberikan sentuhan bibirnya.

"Hmm... Mmmpph..." Senantiasa New menerima pagutan bibir Tay yang dingin. Suara decakan akibat lumasan saliva di bibir mereka menunjukkan bagaimana gairah mereka yang mulai terbebas secara perlahan.

Tay mengakhirinya dengan menarik bibir bawah New dengan kuat. Ia dan New mendesah setelahnya. Seakan baru sadar bahwa betapa indahnya menunjukkan perasaan melalui peraduan bibir yang kenyal dan manis.

Balance of FeelingsWhere stories live. Discover now