Part 2 | Makan Malam🎗

11 3 1
                                    

Jangan lupa Vote dan Komen!

Jangan lupa Vote dan Komen!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. Makan Malam

Zara sudah sampai di resto bersama kedua orang tuanya dalam acara dinner bersama rekan kerja sang Ayah. Tadi Reyhan juga diajak, tetapi cowok itu ada kepentingan lain, membuat ia malas berada di tempat ini. Burhan bersalaman pada partner kerjanya di kantor. Orang tersebut juga bersama istrinya, lalu mereka duduk di tempat yang sudah dipesan terlebih dahulu.

Karyawan resto tersebut memberikan beberapa makanan dan minuman. Ada beragam hidangan yang disediakan, tetapi hal itu tidak membuat Zara bersemangat sekarang. Sebelumnya ia tidak pernah berada di acara makan malam penting seperti ini, melainkan lebih sering acara biasa bersama teman-temannya.

"Han, ini anak kamu?" tanya rekan kerja Burhan yang bernama Irwan dengan semringah yang langsung dibalas anggukan pelan oleh ayahnya Zara.

"An--"

"Sorry Daffin telat, Pa. Kena macet tadi," ucap lelaki remaja yang memotong kalimat Burhan, ia baru saja datang dan langsung duduk di sebelah papanya.

"Kita juga baru nyampe, kok," balas Muna--mamanya dengan mengulas senyum.

Zara tak memedulikan kedatangan cowok itu, ia sibuk membalas chat dari Reyhan. Beda dengan Daffin yang terkejut melihat cewek itu berada semeja bersamanya. Tak menyangka akan bertemu lagi secepat ini, membuat ia berbinar dan betah berada di sana.

"Oh, jadi ini anak kamu?" tanya Burhan melanjutkan obrolannya yang sempat tertunda.

Daffin menatap Zara dengan senyum kecil tanpa berniat memalingkan wajahnya sama sekali. Ia benar-benar telah jatuh hati pada gadis itu. Ingin sekali saling sapa, tetapi ia tak ingin bertingkah ceroboh pada cewek itu. Bertemu dengannya sekarang saja, sudah kebahagiaan menurut Daffin.

Zara yang tak sengaja mendongak, terkejut melihat cowok yang pernah ditemuinya satu meja di tempat ini. Namun, dengan cepat ia kembali menatap layar ponselnya. Tak begitu memikirkan Daffin hingga Dewi selaku ibunya sedikit menyenggol lengan Zara, ia merasa tidak sopan karen sedari tadi anak itu hanya sibuk dengan ponselnya.

"Simpan dulu hpnya, nggak enak sama mereka," tegur Dewi dengan berbisik.

"Bentar, ini Reyhan mau ke sini, loh," balas Zara kembali membalas pesan Reyhan yang katanya sudah hampir sampai ke resto yang Zara tempati.

***

Reyhan memarkirkan mobilnya di depan sebuah resto yang cukup megah. Awalnya tidak ingin datang karena ada keperluan penting, tetapi tak menyangka keperluan itu selesai lebih awal, membuat ia bisa datang ke acara makan malam bersama Zara. 

Cowok itu membenarkan rambut seraya bercermin di spion mobilnya. Kemudian, memasuki resto dengan tenang, lalu menghadap ke sekitar mencari sosok gadis yang mengajaknya datang. Reyhan tersenyum kecil saat netranya mendapati Zara yang duduk di sana. Ia segera melangkah menghampiri gadis itu, lalu mengusap rambut Zara setelah sampai di dekat cewek tersebut.

"Eh," Zara terkejut, lalu menoleh dengan cepat dan berbinar seketika. "Akhirnya datang juga," ucapnya saat tahu Reyhan yang ada di belakangnya.

Semua orang menatap Reyhan, termasuk Daffin yang menatapnya dengan datar. Ia bertanya-tanya, siapakah cowok itu? Jujur, merasa terusik dengan kehadiran Reyhan, meski tidak tahu ada hubungan apa dengan Zara. 

"Selamat malam semuanya, maaf telat," sapa Reyhan seraya bersalaman pada mereka yang ada di meja itu.

Wajah Zara tampaknya sangat beda dari yang tadi, di mana sekarang lebih ceria karena kehadiran Reyhan. Tak menyangka cowok itu akan datang ke tempai ini. Daffin yang melihat keakraban tersebut merasa kesal, seolah jijik melihat tingkah mereka.

"Ini siapa? Kok, tampan banget, sih?" tanya Muna seraya menatap Reyhan yang saling bersuapan dengan Zara.

Zara beralih menatap mamanya Daffin. "Oh, kenalin dia--" Zara tak sempat menyelesaikan ucapannya karena Burhan menyuruh Zara fokus makan dulu, membuat gadis itu cemberut akibat tidak berhasil mengenalkan kekasihnya.

Reyhan yang melihat itu hanya tersenyum dan mengusap rambut Zara dengan lembut, lalu mengangguk menandakan bahwa itu tidak masalah. Mereka semua makan dengan tenang tanpa ada perbincangan apa pun. Setelah makan, kedua keluarga itu berbicara tentang perusahaan masing-masing dan Reyhan yang juga tak berhenti saling bertukar cerita dengan Zara. Beda dengan Daffin yang hanya duduk diam, membuatnya menyesal datang ke sana sampai acara sudah berakhir dan keluarga keluar lebih dulu dari resto. 

"Bu, aku pulang sama Reyhan, ya?" kata Zara pada ibunya yang langsung disetujui. Ibu dan ayah Zara sudah memasuki mobil, tersisa mereka yang masih berdiri di samping mobilnya. 

"Hei, belum pulang?" tanya Daffin pada Zara yang baru saja keluar dari resto. 

Zara menoleh, termasuk Reyhan yang juga menatap lelaki itu. Ia hanya tersenyum tipis dan menggeleng pelan, Melirik Reyhan yang sudah menatap intens ke arah Daffin. Kenapa Daffin harus menyapa sekarang? Zara tahu betul, Reyhan tidak suka ada cowok lain yang berbicara dengannya. 

Zara beralih menatap kekasihnya. "Rey, pulang sekarang aja," ajak Zara menarik Reyhan untuk segera memasuki mobil. 

"Kamu kenal sama dia?" tanya Reyhan di perjalanan.

"Nggak, cuma pernah ketemu aja di mall sama Ayah, itu pun nggak sengaja," jelas Zara menghadap sepenuhnya pada Reyhan.  

Reyhan berusaha menenangkan dirinya, walau sempat kesal pada lelaki itu. Ia juga terusik dengan kalimat Zara yang mengatakan bahwa pernah bertemu dengan cowok itu, meski tidak sengaja. 

Reyhan mengambil tangan Zara untuk digenggam, lalu membawa ke pangkuannya dan sesekali mencium punggung tangan gadis itu. Ia benar-benar tidak ingin kehilangan Zara, meninggalkan cewek itu dulu, sudah menjadi traumanya. Reyhan tidak rela jika suatu saat akan ada orang yang merebut Zara dari dirinya. 


Bersambung ...

___________

Satu kata untuk Zara dan Reyhan

see you


Bondowoso, 08 Oktober 2022



Trust and Love [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang