Aira

23 5 0
                                    


Setelah kepergian Tisya dengan lelaki itu, hati Rasyid tak tenang bak terus terngiang kejadian tersebut, hingga ia tak menyadari dua angkot sudah berlalu.

“Ah! Sial,” umpat Rasyid sambil menendang botol di depannya kesembarang arah setelah menyadari ia telat dua angkot.

“Aduh! Sakit.”

Suara? “Aish....” batin Rasyid ketika menyadari botolnya terkena seseorang.

“M-maaf ya mbak, gak sengaja, seriusan deh.”

“Iya gak apa-apa. Tapi, lain kali hati-hati ya mas,” jawab seseorang itu, lalu ia melihat kedepan sambil tersenyum. Why? kena timpuk kok senyum?

“Loh, Aira? Maaf ya, Ai."

Aira? Siapa lagi wanita ini? Apa anu-anuan nya Rasyid? Ah! Impossible.

“Iya, santai aja, Syid," ucap Aira sambil senyum.

Why? Dia senyum-senyum terus setiap melihat Rasyid? Adakah something antara Aira dengan Rasyid?

“Lagi mikirin apasih sampai nendang botol gitu? Untung yang kena Aku, coba orang lain?”

“Iya, lagi suntuk. Oh ya, kamu ngapain datang ke sekolah?”

“Seorang Rasyid suntuk? Kamu kan selalu ceria perasaan," jawab Aira.
"Oh itu kamu lupa kalau aku itu dulu anak PMR? Aku kesini buat rekrut anggota baru dan alumni juga ikut andil dalam kegiatan ini," jawab Aira lagi.

“Biasa lah Ai, namanya juga manusia.” jawab Rasyid. “ Oh iya ya. Ya udah, Aku mau pulang dulu ya.”

“Eh! Hmm ... mau bareng gak? Kan rumah Kamu searah sama rumah aku."

“Gak, nanti di belokan sana ada tukang ojek pasti,” tolak Rasyid sambil terus berjalan.

Aira pun mengajarnya. “Serius ni?” tanyanya sekali lagi yang hanya dibalas deheman oleh Rasyid.

"Yaudah hati-hati ya," kata Aira sambil tersenyum.

"Iya, kamu juga," jawab Rasyid.

Sepeninggalan Rasyid, Aira bergumam.
“Rasyid Rasyid, kenapa tiap hari makin tampan sih? Tiga tahun Aku mengagumimu.”

Dia, Aira Salsabila seorang perempuan dengan paras yang begitu cantik nan imut dan ya perempuan ini sedikit lemot. Aira sejak pertama masuk SMA sudah mengagumi seorang Rasyid, ya wajar Rasyid cukup terkenal di sekolah setiap perempuan pasti terpikat dengan sosok Rasyid termasuk Aira. Aira begitu tulus terhadap Rasyid, meski dia tau Rasyid itu orang tidak berada. Aira ini mengangumi Rasyid hanya dalam diam, toh dia tidak berani mengungkapkan perasaannya. Biarlah waktu yang mengatur semuanya.

********

Keesokan harinya, Aira datang ke tempat kerja Rasyid. Ia sudah lama mengagumi Rasyid, tak heran juga karna Rasyid cukup tersohor dikalangan siswa SMA-nya pun hingga saat ia lulus.

Kringggg.....

Terdengar suara pintu terbuka.

“Hai Syid! Sendirian ni?” sapa Aira yang langsung menghampiri Rasyid yang sedang mengecek barang di toko.

“Ngga, sama Kak Vania.”

“Kak Vania?”

“Pegawai di sini juga.”

Aira menganggukkan kepala tanda ia mengerti. sebenarnya Aira lumayan sering datang ke toko. Tapi ia tak berani tuk menyapa Rasyid walau hanya 'say hai' saja. Entah mengapa sejak kemaren ia mulai memberanikan diri tuk berinteraksi dengan pujaan hatinya. Dia hanya berpikir bahwa dia harus terus dekat dengan Rasyid, agar Rasyid sedikit peka dengan perasaan yang dia simpan selama tiga tahun terakhir ini.

Kenangan dan SayatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang