Misterius.

65 16 8
                                    

Seminggu setelah Rasyid  lulus, ia harus ke sekolah untuk mengambil ijazah.

Tiba di sekolah ia bertemu dan berkumpul bersama teman-teman nya, teman-teman Rasyid mengobrol dengan seru tentang universitas mana yang akan mereka pilih untuk melanjutkan pendidikan, sementara Rasyid hanya diam saja.

Tiba- tiba salah satu temannya bertanya, "Eh Syid kamu mau lanjut kemana"?

Ia pun menjawab, "Aku tidak punya biaya untuk kuliah."

Teman temannya menyahuti ucapan rasyid, "Kamu kan pintar pasti bakal dapat beasiswa lagi.”

Rasyid  melamun memikirkan kata-kata temannya, ia belum yakin apakah bisa mendapat beasiswa lagi  atau tidak, tapi ia mengamini ucapan teman-temannya.

Raka teman dekat rasyid mencoba meyakini Rasyid, "Udah Syid, ga usah sedih kita yakin kamu bisa mendapatkan beasiswa kuliah."

Rasyid tersenyum berusaha melupakan pembahasan itu sejenak dengan mengalihkan pembicaraan "Yuk kita ke ruang TU buat ngambil Ijazahnya.” Yang langsung di iyakan oleh teman-teman yang lain.

Selama perjalanan menuju ke ruang TU ia mendapat banyak sapaan dari adik-adik  kelas.
Siapa yang tidak mengenal Rasyid? Hampir satu sekolah mengenalnya, dirinya sering kali di panggil kedepan ketika upacara untuk menerima penghargaan atas prestasi-prestasinya.

Tiba di ruang TU Rasyid berusaha menyelesaikan urusannya dengan cepat guna menghindari pertanyaan yang tidak ingin ia dengar entah sudah keberapa kali kalimat 'mau lanjut kemana' yang ia terima dan entah sudah berapa kali juga ia menjawab dengan jawaban yang sama.

Ternyata keberuntungan berpihak padanya, ia bisa menyelesaikan urusannya dengan cepat tanpa adanya pertanyaan-pertanyaan yang tidak diinginkannya.

Seperti yang mereka bayangkan, Rasyid mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. Teman-teman yang melihat ijazahnya berdecak kagum dan memujinya, sedangkan Rasyid hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Dalam hati ia berdo’a semoga hasil yang ia dapatkan bisa membuatnya masuk ke perguruan tinggi.

Sepulang dari sekolah, Rasyid bersiap untuk pergi bekerja. Ia bekerja di toko kue dekat SMP-nya dulu. Jaraknya memang cukup jauh, tetapi ia tidak punya pilihan lain.

Sesampainya di toko kue itu, ia langsung berganti pakaian setelah menyapa beberapa pegawai yang akan berganti shift dengannya.

“Gimana hasil ujiannya, pasti memuaskan, bukan?”

Rasyid menganggukkan kepalanya, “Alhamdulillah, Bang.”

“Oh iya, kalo kamu mau tau info beasiswa, bisa tanya-tanya sama Abang. Aku tau beberapa info hehe.”

Mata Rasyid tampak berbinar, semangatnya semakin bertambah. Dengan antusias ia menganggukkan kepalanya, “Siap, Bang! Makasih banyak!”

Laki-laki yang dipanggil ‘Abang’ itu hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. “Aku duluan ya, Syid. Jangan lupa buat cek tanggal kadaluarsa kue yang di rak.”

“Iya, Bang.” Setelahnya Rasyid mengambil kertas yang memang sudah disediakan untuk memeriksa stok juga tanggal kadaluarsa dari kue-kue yang dijual disana.

Ia tidak bekerja sendiri, ada satu orang lagi yang seharusnya datang sejak 30 menit yang lalu. tapi, orang itu belum juga terlihat batang hidungnya, membuat Rasyid harus bekerja sendiri.

Kring.

Bel yang ada di atas pintu masuk toko berbunyi karena ada yang membuka pintunya. Rasyid langsung berdiri di belakang meja kasir, untuk melayani pembeli yang datang.

Kenangan dan SayatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang