~4 > [Hujan]

1 1 0
                                    



-banyak typo!


















Suasana kelas mulai terlihat ramai, bel masuk sebentar lagi berbunyi, terlihat seorang laki-laki duduk didekat jendela, pandangannya mengarah keluar jendela..

"Zeya Adriana" gumamnya.

"Siapa itu" ucap Davin tiba-tiba muncul.

"Bukan siapa-siapa" jawab Dean, ia sama sekali tidak terkejut dengan kehadiran temannya itu.

Davin mendudukan dirinya, kebetulan tempat duduk mereka berdampingan.

"Kamu itu tidak tau berterimakasih" ucap Davin sambil mengeluarkan beberapa buku mapel dari tas nya.

"Hah" respon Dean yang tidak mengerti maksud temannya itu

"Kenapa Aku ditinggal?" Tanya Davin seluruh badannya menghadap ke Dean.

"Ou..ingin" jawab Dean singkat.

'Sudah kuduga' batin Davin.

Davin mengalah dari pada urusannya jadi panjang gegara perkara sepele seperti ini, juga ia sudah terbiasa dengan sifat Dean.

Bel masuk berbunyi, semuanya segera bersiap dengan buku yang berada di depannya termasuk Dean dan Davin.

Tak lama guru pun masuk dan mulai mengajar.


.
.
.



"Dean.." gumam Zeya tanpa sadar.

Pelajaran masih berlangsung di kelas 11 IPA, sedangkan Zeya masih betah dengan lamunannya.

"Zeya Adriana apa kamu melamun?" Tanya Ibu Rini guru yang sedang mengajar itu.

Zeya pun tersadar dari lamunannya ketika Liza menyolek punggungnya.

"Aa..Iya Bu, maaf" jawab Zeya.

"Jangan melamun, perhatikan penjelasan Ibu" ucap Ibu Rini.

"Baik bu" jawab Zeya, dan mendudukan dirinya kembali.

Bel istirahat berbunyi

Semua murid berjalan keluar kelas..

"Ze, tumben melamun, ada masalah?"

"Um..tidak ada"

"Kenapa melamun?"

"Hanya sedang memikirkan sesuatu"

Liza semakin penasaran, karena Zeya seolah-olah sedang memikirkan sesuatu yang rahasia.

"Apa itu?"

"Bukan apa-apa, yuk ke kantin"

Liza menyerah, mereka pun meninggalkan kelas dan pergi ke kantin.



Dean memasukan buku kedalam tas nya, namun pergerakannya terhenti ketika Davin mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tas nya.

"Apa itu?"

"Tentu saja bekal"

"Punyaku?"

"Tidak ada" ucap Davin sambil memasukan makanan ke mulutnya.

Wajah Dean terlihat datar, melihatnya Davin menjulurkan lidahnya.

Dean beranjak dari tempat duduknya,dan pergi dengan wajah datarnya.

"Terpaksa..Kantin" gumam Dean.

Dean memang tidak menyukai kantin, tempat dimana semua orang alias semua siswa berkumpul untuk makan atau sekedar nongkrong, dan ia merasa risih dengan tatapan lapar para siswi di sekolahnya, menjijikan, menurutnya.

 Nous Sommes DifférentsWhere stories live. Discover now