Buta Warna

3.3K 287 13
                                    

Sekuat dan sekeras apapun Asia melupakan Benua, hatinya tetap menyiapkan tempat khusus untuk cowok itu. Mantra apa yang digunakan Benua untuk menyihir Asia hingga cinta mati seperti ini?

Hari ini amat melelahkan. Lebih melelahkan dari biasanya. Pulang sekolah tadi, Asia mengharapkan istirahat yang tenang, tetapi apa dayanya yang harus mengerjakan tugas sekolah.

Ingatannya hanya tertuju pada kalimat Benua terakhir kali tadi di sekolah. Katanya, Benua tidak bisa tanpa adanya Asia. Lalu, mengapa bukan Asia yang menempati posisi di hati Benua?

Asia menatap langit-langit kamarnya. Tugas-tugas dan permasalahanya terus berputar, memenuhi otaknya.

"Ini akibatnya kalau aku selalu bergantung sama Benua!" gerutu Asia kesal.

Mengingat bagaimana Asia selalu bergantung pada tampan dan pintar itu.

Asia memutuskan bangun dari posisi pembaringanya dan melangkah ke meja belajar.

"Mau kerja tugas, berasa tunggu antrian masuk neraka," ucapnya kesal.

Asia melirik satu persatu buku tugas di atas meja. Gurunya tidak pernah main-main saat memberi tugas. Banyak sekali!

"Mulai dari pelajaran apa, ya? Biologi? Matematika? Fisika? Oh! kenapa semuanya susah!" Asia membenturkan kepalanya ke atas meja.

Satu tarikan napas. Dengan tatapan sungguh-sungguh. Asia harus berusaha mandiri, mengerjakan tugasnya sendiri tanpa bantuan Benua. Iya! harus.

"Semangat--"

"Asia! Buka pintu kamarnya."

Suara Dara dari luar kamar membuat Asia kembali lesu.

"Kenapa, Ma? Asia mau kerja tugas nih," jawab Asia tanpa beranjak dari tempatnya.

"Bentar saja," paksa Dara semakin mendesak.

Kening Asia berkerut. Ada apa lagi ini? Dengan langkah terpaksa Asia melangkah dan membuka pintu untuk mamanya.

"Apa--"

Oh, ralat! bukan hanya mamanya di sana, ada Benua juga ternyata. Pantas saja mamanya sangat memaksa tadi.

Yang pastinya kedua orang tua mereka sudah tau atas permasalah anak-anaknya. Tentu mereka bekerja sama untuk menyatukan kembali dua insan muda itu.

"Ngapain kesini?!" tanya Asia ketus.

"Ssst! nggak baik, galak-galak begitu!" tegur Dara.

Dara menatap Asia penuh peringatan lalu berlalu dari sana. Dara memang paling pengertian, memberi waktu luang agar mereka dapat berbicara dengan bebas.

Benua berdehem pelan. "Mau kerja tugas," jawabnya.

Seketika Asia tersenyum miring. Sikap Benua benar-benar berubah ternyata kalau dirinya cuek seperti ini. Andai dari dulu Asia melakukannya.

"Nggak usah. Baguskan kalau aku nggak repotin kamu!"

"Gue nggak merasa direpotin."

Sial! Benua masuk begitu saja ke dalam kamarnya. Untungnya, Asia baru saja membersihkan kamar yang amat berantakan itu.

"Keluar!" usir Asia kasar.

"Gue udah masuk, nggak mungkin keluar lagi. Malas jalannya!" balas Benua tak kalah kasar.

Sambil menghentak-hentakkan kaki sangat kesal, Asia kembali ke meja belajar tanpa memperdulikan keberadaan Benua yang duduk di atas ranjangnya nya.

Asia menyibukkan diri. Walau tak paham sama sekali dengan tugas-tugasnya. Sedangkan, Benua tengah menahan tawa melihat Asia. Siapa sangka cewek itu akan menghindarinya sampai sejauh ini.

BENUA ASIA (END)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang