EMPAT PULUH DELAPAN

Start from the beginning
                                    

"Terus gimana?" tanya Marvin penasaran.

"Waktu Eksa sama OSIS lainnya dateng ke kelas, tiba-tiba aja Seano kasih rok ke gue. Gue nggak tau dia dapet rok itu dari mana. Yang jelas, karena waktu itu gue lagi butuh banget, jadi gue terima aja pemberian rok sekolah dari dia," jelas Ilona.

"Seano? Kasih lo rok sekolah?" tanya Samuel.

Ilona mengangguk. "Iya, dia kasih rok itu ke gue."

"Aneh," gumam Marvel.

"Apa ...." Farzan menghentikan ucapannya. Matanya memandang satu persatu ke arah yang lainnya. "Kalian pasti paham sama pikiran gue."

"Kita cek ke rumahnya sekarang," putus Samuel seraya berdiri dari duduknya.

"Lo tau alamatnya?" tanya Marvin.

"Gue tau," balas Marvel membuat mereka semua memutuskan untuk benar-benar pergi ke rumah Seano.

"Kita semua pergi ke sana?" tanya Areksa.

"Kita berenam," jawab Samuel.

"Baby El, Zura gimana?" tanya Azura saat Samuel sudah bersiap untuk pergi dari kamar Ilona.

"Lo di sini aja jagain Ilona. Om Rean sama Tante Gina lagi ada masalah di perusahaannya dan Alana lagi pergi les," perintah Samuel yang langsung mendapatkan anggukan setuju dari Azura.

"Di luar ada satpam. Kalau ada apa-apa langsung panggil dia, Ra," imbuh Areksa memberi tahu Azura.

Sebelum pergi, Areksa terlebih dahulu mengusap kepala Ilona. "Bentar, ya, Cantik. Jangan ke mana-mana."

*****

"Pagarnya kebuka doang nih? Kok nggak ada yang jaga rumahnya?" Canva bertanya bingung saat mereka semua sampai di rumah Seano.

"Pintunya juga kebuka. Mungkin aja dia ada di rumah," balas Areksa seraya menunjuk pintu utama rumah milik Seano yang terbuka.

"Kita wawancarai dia langsung," balas Samuel. Cowok itu turun dari atas motor, diikuti oleh yang lainnya. Mereka semua mengikuti ketua mereka dari belakang.

Samuel memencet bel rumah yang tertempel di samping pintu. Cowok itu menekannya beberapa kali, tetapi tidak kunjung mendapatkan jawaban.

"Langsung masuk aja, El. Kelamaan," ujar Areksa tidak sabaran.

"Nggak sopan lo!" tegur Canva.

"Nggak usah pencitraan." Marvin menoyor kepala sahabatnya itu lumayan keras.

"Berisik," ujar Marvel. Tanpa banyak bicara, cowok itu pun memimpin masuk ke dalam rumah. Suasana rumah Seano terlihat begitu sepi dan sunyi. Sepertinya, cowok itu hanya tinggal sendirian.

"Sepi amat. Lo yakin ini rumahnya Seano?" tanya Farzan agak ragu.

Marvel menatap malas ke arah sahabatnya itu. "Lo pikir, gue ngasih info yang salah?"

"Iya juga sih. Lo orangnya teliti banget soalnya," balas Farzan.

"Kayaknya dia nggak ada di rumah," ujar Areksa dengan mata yang meliar ke seluruh penjuru ruangan.

"Nggak ada di rumah atau kabur?" Marvel menaikkan sebelah alisnya.

"Kalau kabur, itu berarti Seano bener-bener ada sangkutpautnya sama peneror itu," balas Marvin mulai berpikir.

"Tapi ... kalau Seano emang ada hubungannya sama teror yang kita dapet selama ini, kenapa dia nggak pernah coba nyakitin Ilona padahal mereka sering berdua?" Farzan beropini.

AREKSAWhere stories live. Discover now