DELAPAN

550K 84.6K 14.3K
                                    

Bintangnya jangan lupa, gampang dan gratis kok.

                                 ***

Ilona memasuki rumahnya dengan riang. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam lebih. Kini waktunya untuk tidur. Bermain dengan Areksa cukup membuatnya lupa akan waktu. Kalau bukan cowok itu, dengan siapa lagi Ilona menghilangkan rasa kesepiannya?

Senyumnya luntur saat melihat Alana yang berdiri di depan pintu kamarnya. Gadis pendiam itu menatapnya intens, membuat Ilona mengernyit tidak paham.

"Ngapain lo? Habis nyolong?" tanyanya dengan nada tidak suka.

Alana tertawa pelan. Dua detik kemudian gadis itu tersenyum ke arah Ilona. "Nggak ngapa-ngapain. Aku cuma pengin nyantai di balkon kamar kamu. Soalnya kamar aku 'kan nggak ada balkonnya."

Ilona mengangguk tanpa banyak pikir. "Minggir. Gue mau tidur," titahnya.

Alana pun menurut. Gadis itu pun menyingkir dari hadapan Ilona. Membuat Ilona dengan segera memasuki kamarnya.

Tidak ingin menunggu Alana pergi dari depan kamarnya, gadis itu langsung menutup pintu dengan kerasnya. Alana yang berada di sana pun berjingkrak kaget.

Di dalam kamarnya, Ilona dengan cepat berbaring di atas kasur empuknya. Kedua matanya menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih polos. Kamar milik Ilona bernuansa hitam dan putih. Tidak seperti kamar seorang gadis kebanyakan. Ilona memang lebih menyukai warna yang netral.

Ting!

Suara notifikasi dari pesan yang masuk itu membuat Ilona dengan cepat membuka handphone yang sedari tadi dipegangnya. Keningnya mengerut saat mendapati nomor tidak dikenal terpampang di layar benda gepeng itu. Gadis itu langsung merubah posisinya menjadi duduk.

08xxxx

Se-ta-hun. Hai, Queen. Merindukanku?

Deg

Ilona refleks menatap kalender yang berada di atas nakas.

Tanggal 13.

                                  ♥   ♥   ♥

Kernyitan di dahi Areksa tercetak begitu jelas. Ia mengamati wajah Ilona yang murung sejak tadi. Biasanya, gadis itu akan berkicau layaknya seekor burung di pagi hari. Lain halnya dengan saat ini. Ilona terlihat lebih diam. Bukan cuma dirinya yang merasa aneh, tapi anak-anak Diamond yang lain pun sama.

"Kenapa lo?" tanya Canva, penasaran.

Mereka kini tengah berada di gazebo yang terletak di lapangan SMA Taruna Bakti. Tempat yang menjadi favorit mereka selain kantin.

"Lagi dapet, Na? Kayaknya masih minggu depan deh." Areksa hafal betul kapan Ilona kedatangan tamu bulanannya.

Ilona menggeleng pelan. Wajahnya yang cemberut itu terlihat imut bercampur menakutkan. "Apa lo lihat-lihat! Gue nggak suka dipandang kayak gitu!" sarkasnya kepada seorang siswa yang sejak tadi menatapnya.

Siswa yang bernama Kevin itu langsung membuang pandangannya ke arah lain, kemudian berlalu dari tempat semula. Pasti cowok itu menahan malu.

"Jangan galak-galak, Na." Areksa mengulas senyum tipis. Ia menepuk pelan puncak kepala Ilona sebanyak dua kali. "Lo mau apa? Gue turutin. Jangan cemberut kayak gini, bikin gue kepikiran."

Ah, Areksa itu benar-benar cowok yang pengertian.

"Biasalah! Cewek emang suka gitu. Makanya gue males punya pacar," timpal Canva.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang