-001

14.3K 2K 168
                                    

—————

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

—————

Mendengar kata bukit mungkin sudah tak asing bagi anda. Bukit adalah permukaan bumi yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Di tempat ini bisa untuk memandangi keindahan alam, berteriak sepuasnya, dan melihat matahari yang terbenam di sebelah barat.

Namun dari berbeda dari ketiga hal yang di sebutkan tadi. Sharren berdiri menghadap ke arah cahaya matahari dari barat sambil menangis terisak-isak. Dirinya sudah lelah menerima penderitaan dari suaminya sebagai pelampiasan akibat masalah dalam pekerjaannya.

Hampir saja ia pernah untuk bunuh diri karena tak menahan rasa sakit hati dan fisiknya. Tapi ia ingat kalau ia masih mempunyai seorang anak yang sedang membutuhkan dirinya dan kasih sayangnya sehingga ia tak jadi melakukannya.

"YA TUHAN INGIN RASANYA AKU KEMBALI KE MASA LALU DAN TAK MERASAKAN RASA SAKIT," teriak Sharren mengeluarkan isi hatinya di atas bukit tersebut. Bersamaan dengan itu terdengarlah suara burung-burung yang berterbangan di langit dan cahaya matahari mulai meredup tergantikan dengan malam hari.

Sharren tersenyum ketika sudah merasa lega dan hatinya mulai tenang. Kemudian ia segera pergi meninggalkan bukit tersebut untuk pulang ke rumah.

~•~•~•

Sebuah taksi berhenti di depan rumah minimalis mewah yang memiliki pintu gerbang yang menjulang tinggi dan di tunggu oleh seorang satpam. Keluarlah dari dalam taksi seorang wanita cantik, lalu melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah tersebut.

"Malam pak," sapa Sharren kepada satpam rumahnya yang bernama Pak Heri.

"Siapa kamu?" Tanya Pak Heri kepada Sharren membuat wanita itu mengeryitkan dahinya bingung.

"Saya Sharren pak, majikanmu di sini," jawab Sharren. Sontak Pak Heri tertawa setelah mendengar jawabannya dan Sharren melongo kepada satpamnya itu. Apakah satpamnya itu sedang kerasukan setan pada malam hari ini? Hal itu membuatnya merinding.

"Haha ya ampun kamu lagi halu nak?" Tanya Pak Heri lagi kepada Sharren. Eits tunggu tadi Pak Heri berkata kepadanya dengan sebutan 'nak', padahal Pak Heri ini seumuran dengannya hanya beda tiga bulan saja.

"Pak saya lagi tak mau bercanda. Saya lelah mau istirahat," kesal Sharren kemudian melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumahnya. Dengan segera Pak Heri mencegahnya dan menyeretnya untuk pergi dari rumahnya. Sharren pun terus memberontak, namun cekakan tangan Pak Heri lebih kuat dari tenaganya.

"Sana pulang dan jangan pernah ke sini lagi!" Pak Heri mendorong Sharren membuat Sharren melotot tak percaya.

"BERANI SEKALI KAMU MENGUSIR SAYA?" teriak Sharren mengejar Pak Heri, tetapi sayangnya gerbang sudah tertutup rapat.

"HEY PAK INI SAYA NYONYA SHARREN," Sharren terus menggedor-gedor pintu gerbang dan berharap Pak Heri membukanya. Namun Pak Heri malah menghiraukannya, dia malah duduk santai sambil menikmati kopinya.

Teenager? [END]Where stories live. Discover now