16. Sial

97 68 189
                                    

Jangan Lupa Beri Bintang, Komen, Share Ketemen Kalian dan Follow Author untuk dapat notif episode selanjutnya😍

1 vote dan komen dari kalian sangat berarti 💗.

HAPPY READING❣️

-----------------------------------------------------------
16. Sial
-----------------------------------------------------------

"Iyuhh!!!!" Histeris Wilona mampu menyita perhatian seisi kelas.

"Siapa yang naruh permen karet sembarangan hah!" bentak Wilona pada teman-teman sekelasnya. Tapi tidak ada yang merespon mereka hanya bergumam pelan.

Mereka hanya menatap Wilona risih.
"Jorok banget sih," gumam temannya.

Wilona menatapnya jengkel.
"Arghhh!!" pekik Wilona dan berlari pergi ke kamar mandi.

Wilona menatap dirinya di cermin kamar mandi. Wilona mencoba membersihkan noda permen karet yang melekat pada rok nya.

"Yahh, gimana nih. Gak bawa baju olahraga lagi, sialan!!"

Wilona menggigit kuku jarinya selagi berpikir jernih.

"Bisa malu banget gue ketemu Kak Devon nanti," gumamnya.

Pada akhirnya sepulang sekolah Wilona tidak berani bertemu dengan Devon. Rintik hujan turun membasahi halaman sekolah SMA ELANG.

Pulang sekolah sesuai omongannya tadi, Devon menunggu Wilona diparkiran motor meskipun hujan sudah mulai deras. Devon tidak pernah melanggar janji, walaupun sekedar omongan Devon akan menepati nya.

10 menit berlalu, Devon masih setia menunggu.

"Sial, gimana nih. Gak tega gue kalo gini jadinya." Wilona tetap mengintip Devon dari jauh. Wilona melihat raut muka Devon yang mulai kesal. Devon sedang berbicara dengan 2 orang yang Wilona yakin itu adalah teman sekelasnya.

"Samperin aja kali ya," gumam Wilona dari jauh.

Wilona baru saja mau berjalan mendekati Devon, tapi Devon sudah menyalakan motornya dan pergi dalam sekedip mata.

Devon pergi dengan sepeda motornya dan berhenti di halte dekat sekolah.

Devon pergi dengan sepeda motornya dan berhenti di halte dekat sekolah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Mau bonceng gak?," tanya Devon. Pada siapa lagi? Kalau bukan Glory si gadis halte.

Glory hanya menggeleng. Devon mematikan gas sepedanya dan menghampiri Glory.

"Nungguin taxi?" tanya Devon duduk disamping Glory.

"Enggak lagi nungguin jodoh," jawab Glory jengkel.

Devon terkekeh. "Wah, mantep nih jodohnya udah dateng," ledek Devon.

"Dasar sotoy." Glory mencubit lengan Devon.

Devon menangkap tangan Glory sebelum mencubit.
"Aku anterin pulang, gak baik perempuan sendirian."

Glory menarik tangannya.
"Gapapa udah sering kok, balik aja dulu gih. Oh iya, btw makasih almamater nya nanti aku kembaliin kalo udah dicuci," ucap Glory tersenyum tulus.

"Iya gapapa santai aja." Devon melepas helm dan menata rambutnya yang acak-acakan.

Devon tersenyum miring, sebuah ide usil muncul dari otak Devon.

"Glory kamu tau gak," ucap Devon menyita perhatian Glory. Glory menatap Devon penuh tanya.

"Habis hujan biasanya ada apa?" tanya Devon menatap langit.

Glory ikut menatap langit.
"Ada apa emangnya?"

"Ada pelangi, tau pelangi kan?" tanya Devon dan kembali menatap Glory.

Glory mengernyitkan alisnya.
"Iya tau, terbuat dari pembiasan cahaya kan," jelas Glory.

"Nah pinter, tapi sekarang pelanginya hilang. Tau gak kemana?" ucap Devon menatap Glory lekat.

Glory menatapnya aneh.
"Kemana emang?"

"Ada dimata kamu." ucap Devon dengan suaranya yang berat dan membuat pipi Glory memanas.

"Ngaco deh," ucap Glory dan memalingkan wajahnya. Menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Hahaha!" Devon tertawa puas sudah berhasil menggoda Glory.

"Yakin gamau dianter pulang? Ntar kamu bisa jadi kepiting rebus loh."

Glory menatapnya kesal, "Yaudah iya aku mau, ayo cepet." Glory berdiri dan berjalan mendekati sepeda motor Devon.

"Gak sabaran amat." Devon memasang helm nya kembali, dan berjalan menyusul Glory.

"Kamu gak bawa jas hujan?" tanya Glory.

"Ada," ucap Devon dan membuka jok belakang sepeda motornya.

Glory menatap Devon kesal.
"Kenapa gak dipake kalo ada jas hujan Devon?"

"Ciee, khawatir," goda Devon lagi.
"Lagian aku udah basah kuyup dari tadi, jadi jas hujannya buat kamu," ucap Devon dan memberikan jas hujannya pada Glory.

"Inget Devon. Lindungin diri sendiri yang utama, yang kedua baru orang lain. Ntar demam baru tau rasa," ucap Glory sambil memakai jas hujannya.

Devon mengambil helm di sepedanya.
"Iya iya bawel. Nih helm nya pake juga."

Glory selesai memasang jas hujan dan mengambil helm yang Devon berikan.

Glory memasang helmnya.
"Udah, ayo jalan."

"Eh tunggu dulu, jangan naik." Cegat Devon.

Glory mengurungkan niatnya. "Kenapa lagi Devon?" tanya Glory kesal.

Devon memasangkan kunci helm Glory.

Deg!!

Seperti lintasan waktu. Perlakuan Devon kembali mengingatkan Glory pada perlakuan mantannya Nathan dulu. Sama persis yang Devon lakukan.

"Jangan lupa kunci helmnya, biar gak lepas. Ceroboh banget sih," ucap Devon menyadarkan Glory.

Setelah itu, Devon menaiki sepedanya dan menyalakan gas motornya.

Devon melirik Glory yang hanya diam.
"Ayo naik," ucap Devon. Glory menuruti ucapan Devon.

"Pegangan jalannya licin," teriak Devon karna suara rintik hujan lebih keras dari pada suaranya. Glory memegang bahu Devon erat.

Brumm!!! Brumm!!!!

Sepeda motor Devon berjalan menyusuri jalanan kota yang basah dan menerpa derasnya hujan yang mengguyur sore ini. Meskipun hujan melanda sangat deras, tetapi masih banyak kendaraan yang berlalu lalang.

Lampu jalanan sengaja dihidupkan karna jalanan Kota yang mulai gelap oleh awan mendung.

Hari mulai petang, didukung dengan matahari yang mulai berjalan dari arah barat.

"Devon!!" pekik Glory memegang bahu Devon erat.

Citttt!!
Devon menekan rem motornya kuat.

Dugh!!

"Aw!!" ringis Glory.

Bersambung~~

-----------------------------------------------------------
Ada apa nih epribady?

Next?
Next 👉🏻

Brianata Ceo [On Going]Where stories live. Discover now