1. Love or Friendship

48 9 2
                                    

Pagi hari ini, matahari terlihat lebih cerah dari biasanya, seolah memberi kobaran semangat kepada siswa-siswi yang mulai kembali berangkat ke sekolah setelah liburan semester selama dua minggu.

Jessi baru saja selesai mengikat tali sepatunya, ketika terdengar suara Fara, Yera dan Anka memanggilnya dari depan rumah.

"Ma, berangkat dulu ya. Assalamu'alaikum," ujarnya seraya mencium punggung tangan ibunya.

"Wa'alaikumsalam."

Begitu membuka pintu rumah, Jessi langsung menyengir lebar melihat ketiga temannya yang sudah siap berangkat dengan motornya masing-masing.

"Gue nebeng lo, Yer. Motor gue gak ada bensinnya, malas mau beli," kata Jessi yang sudah naik ke jok motor Yera.

"Yuk, berangkat!" seru Anka ceria.

"Tante, kita mau menuntut si ilmu dulu ya! Assalamu'alaikum," pamit Yera pada ibunya Jessi yang menunggu mereka berangkat di kursi teras rumah.

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati, jangan pada ngebut!"

"Siap Tante!" balas Fara, Yera dan Anka serempak.

Lantas, mereka langsung tancap gas menuju sekolah yang jaraknya sekitar tiga kilometer dari rumah Jessi.

Mereka melewati jalanan yang hari ini cukup ramai oleh para pekerja atau siswa-siswi lain yang sudah kembali beraktivitas seperti biasa.

Akhirnya mereka sampai di sekolah tepat pukul setengah tujuh--yang sebenarnya itu tergolong sangat pagi bagi siswa-siswi yang gemar berangkat lima menit sebelum bel masuk seperti mereka. Hari ini mereka bisa berangkat sepagi ini pun hanya karena sekarang adalah hari pertama masuk sekolah. Lihat saja, besok salah satu di antara keempatnya pasti sudah ada yang terlambat datang.

"Wuidih, baju baru nih mbak Fara?" tanya Yera yang membuat Jessi dan Anka jadi ikut melirik baju seragam Fara yang terlihat lebih bersih dan rapi.

"Iya, baju gue yang lama udah kekecilan. Roknya bahkan udah pendek banget. Kalau enggak diganti, kena omel sama ibu Hajjah nanti," kata Fara.

Ibu Hajjah adalah sebutan dari para murid untuk Bu Ami--guru agama yang memang sering menegur siswi yang memakai rok terlalu pendek atau apapun soal penampilan yang menurut guru tersebut tidak pantas dipakai oleh anak sekolah.

Anka terkekeh. "Lo jadi kelihatan kayak anak kelas sepuluh Ra," ujarnya, menunjuk anak-anak kelas sepuluh yang seragamnya masih baru-baru.

"Ah, mana ada yang ngira Fara anak kelas sepuluh, mukanya aja kayak kakel yang suka ngelabrak adek kelas gini," ujar Yera, mengundang tatapan tajam Fara yang tidak terima atas ucapannya itu.

Jessi tertawa pelan. "Lagian, lo jangan tinggi-tinggi amat napa Ra? Gue yang kekurangan tinggi badan jadi insecure nih."

"Yah, itu mah udah dari sananya lo pendek, jangan salahin gue," kata Fara sambil menyeringai kecil.

"Tapi tinggi lo itu emang lumayan gak wajar sih Ra. Masa iya, itu rok baru dipakai setahun udah pendek aja? Lo nambah berapa senti?" Anka bertanya heran.

"Waktu kelas sembilan kayaknya 164 senti, terus kemarin naik jadi 167 senti," jawabnya.

"Buset, itu tinggi badan apa tingginya harapan orang tua?" tanya Jessi.

"Tingginya ekspektasi gue buat mas crush." Bukannya Fara, justru Yera lah yang menjawab pertanyaan Jessi.

Fara dan Jessi langsung menunjukan ekspresi julid, membuat Anka yang melihatnya jadi terbahak.

"Anjir muka lo Jes, gitu amat," ujar Anka masih dengan tawanya.

"Iya njir, julid banget dah lo berdua. Kayak sendirinya gak punya crush aja," ujar Yera yang kesal karena ucapannya ditanggapi dengan muka julid kedua temannya itu.

Teenage GirlWhere stories live. Discover now