"Pardon," yang artinya 'permisi'. ucap Tante kepada salah satu pelayan yang ada di cafe. Pelayan itu langsung memberikan daftar menunya dan selembar kertas dan juga pulpen.

"Baiklah kau ingin makan apa?" tanya Tante kepadaku.

"Terserah Tante saja Cia ngikut."

"Kalau Mama mau mesan apa?"

"Sama terserah kamu aja." sahut Oma.

"Ya sudah gak usah mesan saja kalau semuanya terserah." keluh Tante.

Aku tersenyum melihat reaksi Tante, karena merasa tidak enak aku mengambil menu tersebut dari Tante dan melihat nya. Dari semua menu yang ada aku hanya tertarik kepada cake yang ada di sana dan Coffee. Jadi mungkin aku hanya memesan itu saja.

"Tan, Cia mesan cake sama coffee saja" ucapku.

"Kau yakin? Tidak mau mesan yang lainnya lagi?" tanya Tante kembali.

"Iya."

"Kalau Mama mau mesan apa?" tanya Tanteku kembali pada Oma.

"Terserah kamu saja," ucap Oma.

Setelah itu Tante menulis pesanan kami dan memanggil pelayan cafe.
Sambil menunggu makanan aku membuka handphone-ku dan benar saja, banyak sekali panggilan dari Elsa dan nomor yang tidak dikenal. Aku cukup curiga kepada nomor yang tidak dikenal jadi aku menelepon nya kembali, siapa tau ada hal yang penting mungkin. Aku menelepon kembali nomor yang tidak dikenal.

"Halo," ucap seseorang dari sana dengan suara bariton miliknya. Refleks aku langsung menjauh kan handphone miliku dan mematikan nya. Jujur saja suara bariton milik nya sekarang tergiang-giang di pendengaranku.

"Ada apa?" tanya Tante.

"Oh tidak ada apa-apa." Bohongku.

"Bukankah kau tadi menelepon?"

"Ya tadi cuman teman," ucapku kembali.

"Yaudah angkat saja siapa tau ada hal penting" sahut Oma.

"Katanya nanti saja di bahas, soalnya dia mau pergi." Bohongku kembali.

Tante dan Oma cuma mengganggu lalu kembali berbicara.

Drit ... Drit ....

Handphone-ku kembali berbunyi. Aku langsung melihat siapa yang meneleponku dan itu dari nomor yang tidak dikenal. Aku mematikannya, jujur saja sekarang aku takut. Bagaimana kalau itu seorang pencuri, atau Dady sugar yang menyari mangsanya. Cukup-cukup. Otak ku kembali travelling membayangkan jika itu memang benar.

Drit ... Drit ....

Dia kembali berbunyi dan dengan nomor yang sama juga, nomor yang tidak dikenal. Handphone-ku kembali berbunyi hingga 5 kali, yang membuat Tante dan Oma langsung menatapku.

"Kenapa tidak diangkat?" tanya Oma. Kini Oma yang menanyakin ku.

"Dia bilang jangan di angkat." Bohong ku kembali.

"Tapi Tante tidak yakin?" ujar Tante dengan penuh curiga.

"Atau itu adalah pacar mu? Tapi kau malu yaaa karna ada Oma dan Tante di sini." ucap Tanteku kembali. Yang benar saja pacar, gebetan saja tidak punya.

What Is Love? [ On Going ]Where stories live. Discover now