Bab 15: Selesai

11 2 0
                                    

"HEI BRENGSEK! IBLIS SIALAN, LEPASKAN DIA!" terdengar Randu berseru dari ujung lorong.

"Sudah ku duga, manusia terlalu naif. Lihatlah, teman mu ini rela mengorbankan nyawa nya demi mu." ucapnya pada Sharon, tertawa kecil.

"Gak usah sok menganggap kalau ini benda yang gak berguna. Gue tahu, lo butuh perantara ini buat membawa kami. Lo hanya Iblis lemah yang gak bisa melakukan apa pun tanpa benda ini." ucap Randu menantang, tangannya terangkat ke atas menggenggam sesuatu. Ia tersenyum mengejek ke arah pria yang sedang mencekik temannya, Sharon. Lebih tepatnya kepada Iblis yang sedang mengendalikan pria itu.

"Wah, tikus kecil. Lagak sekali bicara mu. Apa kau manusia hina, sudah merasa kuat melawan ku, hah?"

"Ya. Gue lebih kuat dari lo."

"HAHAHAHHAHAHAHAHAHAhaaah"suara tawa mengelegar mengisi lorong yang sepi.
"Kalau begitu, akan ku ikuti permainan mu."
Tawanya menghilang, berubah menjadi seringai dengan wajah dingin.

Brak!
Tubuh Sharon terhempas begitu saja kala Wraith melepaskan cengkramannya. Aghya berlari mendekati Sharon, ia menggenggam erat Sharon.
"Maaf, aku sungguh lemah. Maafkan aku." ucapnya, dengan penuh sesal.

Sharon yang masih kesulitan bicara, menggeleng.
"Ran-Randu. Kejar dia." ucapnya.

"Aku sudah memberi sedikit mana' ku pada nya. Wraith akan sulit menangkapnya."

"Terimakasih Aghya."

Aghya mengangguk. Dengan diam, Aghya menutup matanya dengan tangan yang semakin menggenggam erat lengan Sharon. Aghya mengucapkan kalimat yang Sharon tidak mengerti, dan saat itu juga sinar putih keluar mengitari lengan mereka.

"Bagaimana, apa masih sakit?"

Sharon memegang lehernya, rasa sakit dan bekas cekik kan yang di sebabkan oleh orang yang sama, hilang tidak berbekas.
"Wah! Apa itu sihir?" tanya Sharon terperangah.

Aghya terkekeh. "Mirip."

Seakan tersadar dengan apa yang ingin ia lakukan tadi, Sharon berdiri ia menarik lengan Aghya.
"Bantu aku mencari Nic."

"Aku tahu teman mu itu ada di mana. Kalian harus segera membakar perantara Iblis itu dengan dunia ini. Sebelum Iblis itu tahu, kalau apa yang di bawa teman mu Randu itu hanyalah Pin yang palsu. Lewat sini!"

Dengan langkah cepat Aghya menarik lengan Sharon. Namun, Sharon tidak merasa sakit ataupun lelah. Ia merasa langkahnya sangat ringan, lari mereka pun sangat cepat bak pelari profesional.

Brak!
Suara benda yang jatuh menghentikan langkah mereka. Sharon menatap Aghya dengan cemas.
"Apa ia sudah tahu?" tanya nya.

"Sharon aku tidak bisa mendekati Iblis itu, karena jika aku berada dekat dengannya kemampuan ku perlahan akan menghilang, dan aku tidak akan bisa melindungi mu lagi. Tapi, aku bisa memberikan mana ku pada mu, untuk melawannya, memang tidak bisa sampai membunuhnya, tapi cukup untuk melumpuhkannya sementara. Apa kamu bisa pergi dan menolong Randu?" jelas Aghya dengan cepat, mereka tidak punya cukup banyak waktu sekarang.

"Bagaimana dengan Nic?"

"Aku yang akan menolongnya."

Sharon mengangguk cepat.
Ia meringis, kala Aghya memberikan Mana miliknya. Dadanya serasa sesak seperti terhujam, namun juga hangat.

"Randu masih berada di lorong yang sama dengan yang tadi. Kamu hanya perlu berbelok ke kiri setelahnya."

Tanpa menunggu perkataan Aghya lebih lanjut, Sharon berlari sekuat yang ia bisa menuju asal suara.

Serendipity Where stories live. Discover now