BAB 2: Saras

33 9 1
                                    

Saras menghempaskan tubuhnya ke kasur. Hari sudah malam, ia baru saja pulang dari rumah Sharon, setelah menyanggupi ajakan orangtua Sharon untuk makan malam di rumah mereka. Saras selalu iri melihat keluarga teman nya itu, mereka selalu terlihat harmonis, berbanding terbalik dengan keluarganya.

Ia memejamkan matanya, lelah. Tubuhnya masih mengenakan seragam yang sudah berantakan. Ia hampir saja terbawa ke alam mimpi, sebelum suara pecahan vas bunga mengejutkannya.

"Mulai lagi." gumamnya, kembali menutup mata, berbalik, menutup wajah dan telinganya menggunakan bantal.

Namun percuma saja, suara itu masih terdengar jelas, kini bercampur dengan teriakan, bentakan, teriakan saling menyalahkan sahut menyahut. Saras membuka matanya, memutuskan mandi dan mengganti bajunya terlebih dahulu.

*****


"oh iya, papan ouija." dengan rambut yang masih basah, selepas mandi, Saras mengambil ponselnya, mengetikkan kata 'Papan ouija' di aplikasi belanja online. Suara ribut di luar tadi, sudah tidak terdengar lagi.

Entah kenapa diantara banyaknya pilihan papan ouija di beranda penjualan, tidak ada satupun yang menarik perhatiaan Saras. Sampai ia melihat papan ouija kayu berukiran pohon yang meliuk di sisi kiri dan kanan bawah, dan ukiran bulan yang menghiasi kedua sisi atasnya. Cantik sekali, pikirnya.

Saras membuka aplikasi chat, ia mengabari temannya terlebih dahulu tentang rencananya. Tak butuh waktu lama untuk teman-teman Saras membalas chatnya, mereka semua setuju. Walaupun Randu sedikit keberatan ia tidak suka ikut ke dalam drama Saras, tapi pada akhirnya pun ia tetap menyetujuinya.

Entah kenapa Sharon yang tadinya setuju, tiba-tiba mengirim chat pribadi ke Saras kalau ia tidak suka dengan ide Saras.

"Kok tiba-tiba, Shar?" Saras memilih menelpon Sharon, ia tidak mengerti apa yang terjadi pada Sharon, padahal sebelumnya ia sudah setuju, kenapa tiba-tiba? Pikir Saras.

"Gue gak suka sama perdramaan lo itu" suara Sharon di seberang sana, terdengar berbeda di telinga Saras.

"bukannya lo udah setuju?" Saras mengernyitkan alis dan dahinya, heran.

"Aku menarik kembali perkataan ku."
Tubuh Saras meremang. Suara Sharon terdengar dingin, berbeda sekali dengan Sharon yang Saras kenal.

"Sharon? Are you okay?" tanya Saras hati-hati.

Terdengar suara geraman, seperti suara anjing yang marah.

"Aku yakin, kalian akan menyesali perbuatan kalian."

Tut.
Sambungan diputus.
Saras menatap layar ponselnya, bingung. Ia memutuskan bertanya kepada Sharon esok, tidak mengambil pusing tingkah laku Sharon yang aneh menurutnya.

Saras kembali membuka aplikasi belanja online lalu memesan papan ouija yang menarik perhatiannya, pesanan nya akan sampai sehari sebelum mereka berangkat liburan ke villa Agnes, itu berarti satu hari lagi.

*****

Kini Saras sedang duduk di kafe sendirian, menunggu Sharon yang memintanya nya menemani ke mal, sambil menyesap coffe latte miliknya, ia menscrool beranda twitter, mencari tahu apa yang sedang trending di twitter saat ini.

Setelah percakapan ditelfon tadi malam ditutup begitu saja dengan Sharon, Saras tidak menanyakan apapun ke Sharon, ia berpikir Sharon mungkin sedang ada masalah di rumah. Ia bermaksud menanyakan kembali saat mereka bertemu nanti.

"Yo Sis!"

Saras hampir saja menyemburkan minuman di mulutnya, karena kaget mendapat tepukan keras di punggungnya.

Serendipity Where stories live. Discover now